IKRAR (Ikatan Kebajikan Rakyat)
16/17 NOV
Musim tengkujuh atau musim hujan di Indonesia menghamparkan seribu peringatan. Ada sahaja yang mati akibat bencana alam ini terutama tanah longsor dan gempa bumi. Jauh di hati ini merasakan betapa rakyat di bumi Indonesia menghadapi bermacam bencana saban tahun. Ianya tetap berulang setiap tahun. Bertukar pemerintah juga tetap berlaku hal yang sama...Kesian bercampur hairan. Saya sempat melihat lereng bukit di sekitar tanah tinggi di Jawa Barat yang indah tapi amat merbahaya terutama ketika hujan lebat. APa yang saya perhatikan dan membuat kesimpulan dari bencana-bencana ini seperti berikut:
a. Tidak dinafikan bahawa ianya bencana alam dan bukan kuasa tangan manusia. Namun sebagai seorang muslim kita harus menerima hakikat bahawa kerosakan alam ini adalah akibat dari tangan-tangan manusia juga. Ini adalah penegasan dari alquran. Jadi maknanya kehancuran bumi juga adalah akibat dari perbuatan manusia. Sungguh benar apa yang dinyatakan dalam alquran..bila kita perhatikan di kebanyakan tempat kejadian longsor bukitnya sudah digondolkan tanpa ada sebatang pokok yang menancap ke bumi. Pelik juga ..baru tahun lalu kejadian tersebut telah terjadi di kawasan yang tidak berjauhan dan dari akibat yang sama. Tapi mereka tetap beraktiviti dan tinggal dilereng bukit yang sama.
b. Bila ditelusuri..ternyata mereka tidak dapat pindah ke tempat lain kerana mereka tidak yakin mereka akan mendapat tempat yang sesuai untuk mereka tinggal. Sebenarnya di lereng bukit bagi mereka lebih tenteram dari tempat lain kerana sudah ada kaum keluarga mereka di situ sejak ratusan tahun lalu. Cuma dulu semasa datuk nenek mereka tempat begitu tidak bahaya kerana masih banyak pokok yang memperkuatkan lereng-lereng bukit tersebut. Tapi inilah realiti dan risiko yang mereka pilih. Tapi alngkah baiknya jika mereka mencari tempat yang lebih layak dan menjaga alam persekitarannya. Di Malaysia juga sama, ada beberapa tempat seperti lereng Bukit Antarabangsa yang sampai sekarang masih ada yang mahu mengambil risiko tinggal di kawasan tersebut. Bencana ada tapi tidaklah setiap tahun..
Yang menarik dari kejadian bencana begini ialah..kita dapat melihat ribuan manusia datang memberi bantuan apa sahaja..Jadi semangat tolong bantu mereka masih kuat. Kita belum tentu lagi mampu berbuat seperti mereka mereka kita terlalu banyak mencongak dan berkira-kira itu ini...
BANDUNG, (PRLM).- Sebanyak 39 tiang listrik PLN roboh selama sebulan terakhir di Cianjur, Tasikmalaya, Banten, dan Sukabumi. Robohnya tiang-tiang listrik tersebut diakibatkan maraknya bencana alam yang terjadi, mulai dari banjir sampai longsor.
Bencana alam yang terjadi tak hanya merobohkan tiang listrik, tapi juga memadamkan delapan gardu yang ada dikarenakan tertimbun longsoran tanah atau terendam banjir. Akibatnya, sebanyak 702 pelanggan PLN di empat daerah tersebut sempat mengalami keterlambatan pasokan listrik.
“Namun masalah keterlambatan pasokan listrik itu tidak berlangsung lama. Senin (17/11) kemarin pasokan sudah kembali lancar karena telah diambil tindakan cepat lewat sejumlah posko peduli bencana yang telah disiagakan begitu didapati laporan kerusakan aset PLN,” tutur Pelaksana Harian Kepala Humas PLN Distribusi Jabar Banten Adang Djarkasi saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (18/11).
Tak hanya di empat daerah tersebut, PLN Distribusi Jawa Barat Banten juga membuka sejumlah posko peduli bencana yang disiagakan di seluruh kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat sejak musim hujan mulai datang. Posko-posko tersebut ditempatkan di setiap Unit Pelayanan Jaringan yang berada di tingkat kecamatan.
Pendirian posko tersebut dimaksudkan untuk menyelamatkan sistem ketenagalistrikan yang mungkin rusak karena adanya bencana. Petugas posko juga diharuskan menginventarisasi aset PLN apa saja yang harus diamankan dan segera diperbaiki. Selain itu, posko peduli bencana tentunya juga bertugas menyalurkan bantuan kepada korban. (CA-184/A-147)***
CIANJUR, (PRLM).-Warga korban musibah longsor di Kab. Cianjur yang tinggal di tempat pengungsian mulai banyak yang terserang penyakit. Mereka umumnya menderita sakit Ispa dan diare.
Hingga Selasa (18/11) jumlah warga yang mendapat pengobatan di Posko Kesehatan Desa Cibokor sudah mencapai 67 orang. Selain itu, satu orang pengungsi dikabarkan meninggal dunia karena mengalami sakit.
Korban meninggal Usuf bin Adam (70) adalah warga Kampung Ciketan RT 01/06 Desa Cibokor Kec. Cibeber, terpaksa mengungsi ke rumah saudarnya di sekitar SDN Kancanasari karena rumahnya dilanda longsor.
Camat Arif Purnawan, saat ditemui di Posko Desa Cibokor membenarkan seorang pengungsi meninggal dunia. Yang bersangkutan meninggal karena sakit dan usianya juga sudah relatif tua. "Korban memang pengungsi karena tempat tinggalnya dilanda longsor, namun bukan tinggal di tempat penampungan," ujarnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun "PRLM" dari posko kesehatan Cibokor, jumlah pengungsi yang mendapat pengobatan Senin (17/11) sekitar 37 orang dan dua di antaranya mendapat perawatan di tenda posko kesehatan.
Kedua warga yang mendapat perawatan itu, masing-masing Julaeha (30) warga Kampung Ranca dan Diah (50) warga Kampung Ciketan. Keesokan harinya, Selasa (18/11) jumlah warga yang mendapat pengobatan bertambah banyak sekitar pukul 10.00 WIB tercatat sudah mencapai 67 orang.
Sementara dari Posko penanggulangan bencana Pemkab. Cianjur, diperoleh informasi seorang pengungsi meninggal karena sakit, Selasa (18/11) sekitar pukul 6.00 WIB. (A-116/A-26).***
SEJUMLAH siswa bergotong-royong membersihkan ruang kelasnya yang dipenuhi lumpur, di SDN Majalaya VII Jln. Tengah Majalaya Kabupaten Bandung, Selasa (18/11). Kegiatan belajar mengajar mereka kembali tertunda karena banjir disertai lumpur melanda daerah tersebut Senin malam, padahal sebelumnya ruang kelas tersebut sudah dibersihkan dan siap dipakai untuk belajar.* ADE BAYU INDRA
Berita banjir lumpur yang menyedihkan dari Jawa Timur.....
Laporan wartawan Kompas Aris Prasetyo
SIDOARJO, SELASA- Hujan lebat di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, akhirnya membuat sengsara warga sekitar kolam penampungan lumpur panas Lapindo. Sekitar pukul 18.00, Selasa (18/11) petang tadi, tanggul kolam di Desa Reno Kenongo tak mampu lagi menampung air bercampur lumpur.
Selain menjebol tanggul yang tingginya lima meter itu, air bercampur lumpur juga melimpas ke permukiman warga di lima rukun tetangga (RT) di Desa Glagah Arum, Kecamatan Porong, Sidoarjo.
Di dalam rumah, ketinggian air bercampur lumpur itu saat ini sekitar 20-30 cm, sehingga warga bersiap-siap untuk mengungsi ke Pasar Baru Porong yang sampai saat ini masih menjadi tempat favorit pengungsian warga Reno Kenongo.
Di lokasi saat ini terdapat tiga truk yang bersiap mengangkut barang-barang milik warga. Sedangkan warga juga mulai mengemasi barang-barangnya untuk diselamatkan ke lokasi pengungsian.
Salah satu warga, Suprapto, warga Glagah Arum berencana mengungsi ke Pasar Baru Porong. Sebab, rumahnya telah terendam rumah.
Sementara ini, para petugas Badan Penanganan Lumpur di Sidoarjo (BPLS) sedang berusaha keras menutup tanggul yang jebol selebar lima meteran. Sebuah eskavator dioperasikan untuk memperkuat tanggul. Selain itu, mereka juga memasang karung-berisi tanah dan pasir.
Menurut staf Humas BPLS Akhmad Kusaeri, luberan disebabkan intensitas hujan yang sangat tinggi. Air akhirnya memenuhi kolam lumpur di Desa Reno. Akibatnya tanggul setinggi lima meter itu luber setelah terisi air hujan.
Catatan Kompas, sejak pekan lalu kegiatan peninggian tanggul di Desa Reno Kenongo memang terhenti. Sebab, warga yang belum menerima ganti rugi 20 persen dari PT Minarak Lapindo memblokade tanggul, sehingga para pekerja tidak bisa melakukan peninggian tanggul.
No comments:
Post a Comment
silakan komen dan beri pandangan anda untuk kebaikan semua!!