foto-foto aktiviti dakwah dan kemanusiaan

foto-foto aktiviti dakwah dan kemanusiaan

Wednesday, July 1, 2009

KEADAAN UMAT YANG MERISAUKAN...

HR9808@IKRAR - adalah wadah bebas bukan partisan yang memfokus kepada kebajikan rakyat.
Singkatan;IKRAR (Ikatan Kebajikan Rakyat)

"REFORMIS BUKAN HANYA GELARAN ATAU PEJUANG YANG BERJUANG KERANA MENGHARAPKANNYA!"

1 JULAI

Saya hanyut dalam kejolak umat yang dibentangkan oleh wakil pelajar dari 22 negara. Perasaan yang berbaur antara sedih ketika mahu berpisah dengan mereka dan gembira kerana mereka mahu beriqrar akan bersama meneruskan agenda transformasi di seluruh kampus dan daerah yang mereka wakili. Memang berat jika tugas ini dipikul sendiri tetapi setelah mengikuti training dari Cikgu Mi, Bro Muhideen dan Bro SM Idris tentang konsep networking, pemahaman yang jelas tentang masalah umat dan solusi, prioriti dalam perjuangan dan akhirnya terbentuk sebuah komiti. Semoga Allah permudahkan urusan ini dan segala yang dirancang dapat berjalan.

Setelah jam 2 petang hari Selasa saya, Nazri dan Cikgu Mi meneruskan perjalanan dan sedikit perbincangan tentang modul Qariah Malaysia. Setelah selesai minum petang di Sri Malaysia yang kebetulan Cikgu Mi ada lagi training lain maka saya berangkat ke KK. Alhamdulillah pagi terus ke Ipoh. Setelah selesai mesyuarat NGO saya meneliti info dari internet dan ternyata apa yang dibincangkan di Recsam benar-benar terjadi...Israel tidak akan berhenti merancang untuk merobohkan kekuatan Islam dan terus membina kekuatan mereka.

Semoga artikel di bawah membangunkan kita semua dari tidur..!!!


Peres: 57 Negara Arab dan Muslim Siap Akui Israel

Rabu, 01/07/2009 18:19 WIB

Kabar buruk datang dari konferensi antar-agama di Kazahhstan. Konferensi yang dibuka tadi pagi itu, Shimon Peres, presiden Israel, secara terang-terangan mengatakan bahwa saat ini 57 negara Arab dan negara Muslim seluruh dunia sudah siap untuk mengakui negara Israel.

Hal ini disampaikan oleh Peres ketika menjadi key-note speaker (pembicara utama) dalam konferensi itu (01/07) tadi pagi. Konferensi ini sendiri dilaksanakan selama dua hari sampai besok di Astana, ibukota Kazakhstan.

“57 negara arab dan negara Muslim lainnya sudah menyatakan kesiapannya.” begitu ujar Peres. “Ini adalah sebuah perubahan besar untuk perdamaian, dan semua negara Arab dan negara Muslim bisa ikut dalam menciptakan perdamaian dan keadilan.”

Ucapan Peres ini tampaknya semakin membuka bagaimana dukungan penguasa negara-negara Arab dan Muslim selama ini kepada Israel. Ini juga mungkin yang menjadi jawaban mengapa negara-negara Arab seluruhnya diam tak melakukan apapun ketika Israel melakukan invasi ke Gaza pada Januari lalu dan menewaskan lebih dari 1500 orang, dan lebih dari separuh di antaranya bayi dan anak-anak kecil.

Dalam pidatonya itu, Peres juga secara terbuka mengundang Raja Abdullah Arab Saudi untuk mengunjungi Israel, atau sebaliknya Saudi mengundang Israel ke Riyadh. Yang lebih mencengangkan, Peres juga mengemukakan sepak-terjang Raja Abdullah Yordania dalam mendukung gerakan pengakuan negara Israel. “Raja Abdullah Yordania bahkan sudah mengharapkan Saudi menjadi pihak yang mengambil inisiatif sebagai pelopor dalam proses pengakuan negara Israel.” (sa/ynet)

HR9808: Pelik juga dengan Raja Saudi..dan apakah ini fahaman yang diajar oleh Rasulullah? Berjanggut, berjubah, berbau wangi dan bekerjasama dengan musuh sdr kita di Palestin dan umat ini? Mungkin sama juga dengan pimpinan OIC yang lain termasuk Malaysia. Cakap bergegar tapi macam tin kosong. Ya Allah selamatkanlah kami dari pemimpin begini dan engkau hancurkan perancangan jahat mereka!!!

Rusuhan semakin buruk

Pasukan polis India menggunakan perisai bagi melindungi diri mereka daripada terkena balingan batu oleh kumpulan penunjuk perasaan di Srinagar, semalam. - AFP

SRINAGAR, India 1 Julai - Beribu-beribu penduduk Islam mengadakan demonstrasi membantah perintah berkurung yang dikenakan di sebahagian wilayah India di Kashmir hari ini, sementara angka kematian meningkat kepada empat orang.
Pegawai dan saksi berkata, penunjuk perasaan berteriak 'darah untuk darah' dan 'kami mahu bebas' ketika mereka mengadakan demonstrasi di utara bandar Baramulla, walaupun polis cuba menamatkan demonstrasi tersebut.
Penunjuk perasaan mengusung mayat seorang remaja Islam, yang meninggal dunia di hospital selepas mengalami kecederaan semasa menyertai demonstrasi seumpamanya, awal minggu ini.
Rusuhan yang bermula Isnin lalu apabila beribu-ribu penunjuk perasaan di Baramulla mengadakan bantahan berhubung dakwaan wanita Islam diganggu oleh polis.
Polis telah melepaskan lima tembakan bagi menyuraikan penunjuk perasaan, membunuh dua daripada mereka.
Kejadian tembakan itu mendorong beribu-ribu lagi orang menyertai demonstrasi dan kekacauan itu merebak ke pekan Sopore, memaksa kerajaan tempatan melaksanakan perintah berkurung di kedua-dua pekan.
Semalam, seorang penunjuk perasaan terbunuh, mangsa ketiga dalam kejadian rusuhan tersebut.
"Situasi di bandar Barahmulla sangat tegang,'' kata seorang wartawan, Showket kepada AFP melalui telefon. - AFP

Masjid Dilecehkan, Muslim India Bentrok dengan Umat Hindu

Jumat, 03/07/2009 15:17 WIB
Sedikitnya tiga orang, termasuk anak belasan tahun tewas setelah terjadi bentrokan pad Kamis kemarin antara umat Islam dan umat Hindu di India.

Menurut laporan, bentrokan tersebut dipicu oleh adanya pelecehan terhadap sebuah Masjid Alima di negara India bagian selatan Karnataka, oleh sekelompok orang tidak dikenal yang melemparkan bangkai babi di masjid tersebut.

Kerusuhan mulai terjadi di Mysore sekitar 140 kilometer sebelah selatan ibukota negara Bangalore.

Polisi mengatakan pertengkaran mulut antara massa dari dua komunitas agama memulai terjadinya bentrok dan kerusuhan.

Seorang buruh yang sedang dalam perjalan ke tempat kerjanya tertangkap oleh salah satu massa yang bentrok dan ditikam hingga tewas. Dua orang lainnya, termasuk anak berumur 15 tahun tewas setelah mendapat luka bacokan dalam kerusuhan yang terjadi.

Polisi melepaskan tembakan peluru karet dan gas airmata untuk membubarkan massa yang bentrok.

Tiga orang terluka dalam bentrokan dan mendapat perawatan dirumah sakit setempat.

"Situasi ini menegangkan akan tetapi kami masih bisa mengontrolnya," kata menteri negara bagian BS Acharya kepada jaringan TV NDTV. "Kami telah menambah pasukan polisi untuk mencegah kerusuhan menjadi berlanjut.

Hubungan antara umat Hindu yang merupakan 80% populasi penduduk - dengan umat Islam yang populasinya 15,1 persen dan menjadi agama minorotas terbesar di India, mengalami pasang surut. Sering terjadi keributan antar dua pemeluk agama tersebut di India, walau dalam tahun-tahun terakhir bentrokan sudah mulai sedikit berkurang.(fq/m&c)

Muslimah Mesir Jadi Korban Penusukan di Jerman Jumat, 03/07/2009 10:59 WIB
Seorang muslimah asal Mesir tewas akibat ditusuk oleh seorang warga Jerman di ruang persidangan, namun kasusnya ditutup-tutupi oleh negara Jerman sampai pihak keluarga muslimah itu mengungkapkannya ke pada harian Alyoum Elsabe yang terbit di Mesir.

Situs Ikhawanul Muslimin yang mengutip berita itu menyebutkan, Kepala Bidang Misi Kebudayaan di Kementerian Pendidikan Mesir, Dr. Mohamed Gaber Abu Ali membenarkan adanya kasus tersebut. Korbannya bernama Marwa El Sherbini, isteri dari utusan Mesir di Jerman, Elwi Ali Okaz.

Di Mesir, Marwa tercatat sebagai dosen di Institut Teknin Genetika Universitas Monoufeya dan sedang berada di Jerman dalam rangka studi setelah mendapatkan beasiswa dari Max Blank Institute untuk program PhD bidang farmasi.. Marwa meninggal dunia seketika setelah ditusuk oleh seorang warga Jerman di ruang pengadilan, sementara suaminya ditembak di halaman gedung pengadilan. Peristiwa ini terjadi di Landes Gericht, kota Dresden, Jerman pada Kamis (2/7) pagi waktu setempat.

Saudara lelaki Marwa, Tarek El Sherbini mengungkapkan, kasus ini menjadi pemberitaan di Jerman, karena aparat berwenang di Jerman merahasiakan insiden tersebut. Menurut Tarek, kakaknya dibunuh hanya karena mengenakan jilbab. "Kami hanya menginginkan hak-haknya dipulihkan, karena dia dibunuh karena menjalankan ajaran agama Islam," kata Tarek.

Menurut Tarek, Marwa adalah saudara perempuannya satu-satunya. Marwa memiliki seorang anak laki bernama Mustafa yang masih berusia 3,5 tahun dan saat dibunuh, Marwa sedang hamil tiga bulan. Sampai saat ini, orangtua Marwa belum tahu apa penyebabnya kematian puterinya, mereka hanya tahu puterinya meninggal di Jerman. Sementara suami Marwa, Elwi Ali dikabarkan masih dirawat di ruang perawatan intensif di Jerman.

Enam bulan sebelum peristiwa ini, Marwa baru saja menengok keluarganya di Mesir dan sehari sebelum kejadian, Marwa menelpon kedua orangtuanya dari Jerman untuk menanyakan keadaan mereka. Sejauh ini, pemerintah Mesir belum memberikan keterangan tentang kasus pembunuhan terhadap warga negaranya itu. (ln/ikhwan.web)

60 Tahun Pembantaian Muslim Burma

Selasa, 07/07/2009 11:35 WIB
Burma selalu indentik dengan Aung San Suu Kyi. Orang tak pernah tahu bagaimana perjuangan dan kondisi Muslim Burma selama ini. Kelompok aktivis hak asasi manusia internasional hanya membciarakan Suu Kyi, padahal SLORC (State Law and Order Restoration Council—atau Dewan Restorasi Penguasa dan Hukum Negara) melakukan banyak tindakan brutal terhadap Muslim Burma.

Opresi Burma mulai muncul ke permukaan pada 1998 seiring dengan munculnya Suu Kyi yang mendapatkan penghargaan perdamaian Nobel di tahun 1991. Tahun 1886, Inggris menjajah Burma, dan sebelumnya umat Muslim dan Hindu di negara ini hidup berdampingan dalam damai. Tahun 1938, Inggris mulai menurunkan tangan besinya. Lebih dari 30.000 Muslim Burma dibunuh secara missal, dan 113 masjid diberangus. Setelah kemerdekaan Burma tahun 1948, nasib bangsa Muslim tidak juga berubah. Mereka menjadi korban kekerasan pemerintah dan militer, dan jumlahnya bahkan sampai 90.000 ribu orang yang tewas.

Tahun 1961, pemerintah Burma menyatakan bahwa Budha adalah agama negara dan semua orang Islam harus belajar nilai dan budaya agama Budha. Lewat kudeta militer, Jenderal Ne Win mendeklrasikan Burma sebagai Negara sosialis. Tahun 1982, Ne Win menyatakan Muslim Rohingya sebagai pendatang ilegal. Sementara diskriminasi terhadap Muslim Burma terus berjalan tanpa diketahui banyak oleh dunia internasional.

Tahun 1990. Aung San Suu Kyi memenangkan pemilu untuk pertama kalinya. Namun SLORC, tidak mengakui kemenangan Suu Kyi dan sebaliknya menangkap dan memenjarakannya. Bukan hanya pada Suu Kyi, SLORC juga kejam terhadap Muslim Burma. Mereka tak segan menembak langsung ditempat jika mendapati orang Islam sedang shalat di masjid. Para Muslimah Rohingya juga kerap dijadikan sasaran pemerkosaan oleh tentara Burma.

Tanggapan dunia internasional? Seperti biasa, bersikap ganda. Di satu sisi, AS mengecam pemerintah Burma karena penangkapan dan penyiksaan aktivis kemanusiaan seperti Suu Kyi, namun di sisi lain mengabaikan nasib Muslim Burma yang jelas-jelas menjadi korban kebiadaban yang tak berkesudahan.

Saat ini, perjuangan Muslim Burma terkumpul dalam The Rohingya Solidarity Alliance, sebuah front militer Islam. Mereka terus berjuang melawan ketidakadilan dan penindasan yang diberlakukan oleh rejim-rejim yang tak punya rasa kemanusiaan. (sa/wkngslm)

Ribuan Orang Mengiringi Pemakaman Pahlawan Jilbab

Selasa, 07/07/2009 15:56 WIB
Ribuan orang mengantarkan jenazah Marwah Al-Sharbini ke tempat peristirahatannya yang terakhir di kota Alexandria, Mesir waktu setempat. Ribuan orang itu berjalan mengiringi peti jenazah Marwa yang mendapat sebutan "martir jilbab".

Kematian Marwa memicu kemarahan di kalangan komunitas Muslim di Jerman dan Mesir-negara asal Marwa-tetapi juga komunitas Muslim di berbagai negara. "Tidak ada Tuhan selain Allah dan orang-orang Jerman adalah musuh Allah," kata seorang warga Mesir yang ikut mengantarkan jenazah Marwa ke pemakaman.

"Kami akan membalas kematiannya. Barat, mereka tidak mau mengakui kita. Di sana ada rasisme," ujar Tarek Al-Sharbini, saudara lelaki Marwa.

Selain Marwa, suaminya juga menjadi korban dan sekarang masih dalam kondisi kritis di sebuah rumah sakit Dresden, Jerman. Suami Marwa secara tak sengaja terkena tembakan aparat saat sang suami mencoba melindungi istrinya yang diserang dengan senjata tajam oleh pemuda Jerman keturunan Rusia.

Peristiwa itu terjadi di ruang sidang di kota Dresden, saat Marwa akan memberikan kesaksian atas kasusnya. Marwa menuntut pemuda yang juga tetangganya itu ke pengadilan karena menyebutnya sebagai teroris hanya karena ia mengenakan jilbab. Marwa berada di Jerman mengikuti suaminya yang sedang melakukan riset dengan biaya beasiswa.

Menurut kakak lelaki Marwa, aparat mengira suami Marwa yang melakukan serangan sehingga petugas keamanan pengadilan itu menembaknya. "Para aparat keamanan itu berpikir, sepanjang orang itu tidak berambut pirang, maka dialah pelaku serangannya, dan mereka menembak suami Marwa," kata kakak lelaki Marwa.

Pemuda Jerman keturunan Rusia yang menyerang Marwa, bernama Alex W, 28, kini mendekam di penjara dan akan dikenakan tuduhan baru yaitu pembunuhan. Christian Avenarius, jaksa pengadilan Dresden mengatakan, Alex menusuk Marwa karena didorong rasa kebencian yang dalam terhadap Islam, karena sejak awal pengadilan, Alex yang berimigrasi ke Jerman tahun 2003 sudah mengungkapkan pernyataan-pernyataan anti-Islam dan anti-Muslim.

Dari wawancara di beberapa media Mesir, keluarga Al-Sharbini di Mesir mengatakan bahwa pelaku penusukan sudah sering menghina dan melecehkan Marwa, bahkan pernah mencoba melepas jilbab Marwa. Ibu Marwa, Laila Shams mengungkapkan, Marwa juga kesulitan mendapat kerja di Jerman karena ia mengenakan jilbab.

"Suatu kali, Marwa pernah disuruh melepas jilbab jika ingin mendapatkan kerja, tapi Marwa menolaknya," kata sang ibu.

Menanggapi kasus Marwa, Jubir pemerintah Jerman Thomas Steg mengatakan bahwa insiden ini berlatar belakang rasial dan pemerintah mengutuk keras pelakunya. Pemerintah Jerman baru bersuara atas kasus ini, setelah komunitas Muslim di negara itu mengecam pemerintah dan para politisi di Jernam yang diam saja atas kasus tersebut.

Menyindir sikap pemerintah dan para politisi di Jerman, harian independen di Mesir, El-Shorouk menulis, kalau korbannya Yahudi, barulah dunia gempar. Seorang bloger Mesir bernama Hicham Maged dalam blognya menulis,"Mari kita bayangkan, jika kondisinya dibalik, korban adalah orang Barat yang ditusuk di dunia atau di salah satu negara Timur Tengah oleh seorang Muslim ekstrim."

Atas insiden yang menimpa Marwa, Asosiasi Farmasi Mesir sudah menyerukan boikot terhadap obat-obatan dari Jerman.

Pemerintah Mesir belum mengeluarkan pernyataan atas peristiwa yang menimpa warga negaranya. Belum jelas apakah pemerintahan Husni Mubarak akan menuntut pemerintah Jerman bertangung jawab atas kasus ini. (ln/aljz/isc)