Singkatan;IKRAR (Ikatan Kebajikan Rakyat)
"REFORMIS BUKAN HANYA GELARAN ATAU PEJUANG YANG BERJUANG KERANA MENGHARAPKANNYA!"
13 Julai
Dalam TV! malam semalam, selama 50 minit dibahas tentang isu ini oleh Dr Zahari Ismail. Cuma dari beberapa penelepon ternyata isu ini masih tidak jelas difahami oleh rakyat negara ini. Mungkin juga sebahagian besar pemimpinnya. TV1 juga menyekat kaitannya dengan Malaysia. Seolah-olah bila ditegah, memberi inpak sepintas lalu ada kaitannya. Cuma menindas pemerintah Malaysia bukan kerana kaum tetapi penindasan dalam bentuk fahaman politik. Yang sokong pemerintah selamat dari gangguan ISA, ugut dll. Yang tidak sokong alamat kenalah bahananya seperti difitnah, ditangkap, dimusnahkan karier dan 1000 macam perancangan jahat. Ya inilah hakikat era yang disebut nabi sebagai era "Mulkan Jabbariy" pemerintah yang zalim yang memaksa umat taat pada mereka. Mereka Islam tetapi sekular, mereka Islam tetapi tolak Islam sebagai cara hidup, mereka Islam tapi arak,zina, rasuah dan judi halal sampai menjadi hidangan wajib di raja. Nak harap apa dari golongan ini? Harap adil dari mereka yang mabuk? Alamat kitalah yang ke dalam sebab jatuh hukum semasa masih berdengung.
Sebagai seorang Muslim, kita harus faham hal realiti ini supaya kita tidak terlalu kecewa melihat kesusahan yang menimpa kita jika mahu beramal dan memperjuangkan Islam. Tetapi yang lebih penting kita harus terus bersiap sedia menerima kenyataan dan mencari jalan menjauhi dari perkara yang paling buruk. Sdr kita di Xinjiang, adalah keturunan pahlawan yang masih mengalir darah syuhada ditubuh mereka. Mereka sedikit tetapi semangatnya besar dan rasanya mereka tidak akan berdiam diri. Mereka sanggup berjalan puluhan kilometer dan menempuh bermacam kesusahan kerana itu sudah biasa bagi mereka sebelum ini cuma kita tidak tahu. Yang perlu kita lakukan sekarang ialah penyatuan hadaf, penyatuan pemikiran, keseragaman solusi dan bergerak dengan kadar kemampuan yang ada. Jika BOIKOT paling berkesan maka inilah yang patut kita lakukan seperti tanda sokongan kita kepada Palestin.
Saya akan menghantar emel ke pihak HT Indonesia dan beberapa NGO di Indonesia agar memberi aksi lanjut yang lebih berkesan serentak di seluruh ASEAN. Bertindaklah!!!!
HTI Mengutuk Tragedi Pembantaiam Muslim Xinjiang
Senin, 13/07/2009 11:12 WIBKeberadaan muslim di wilayah Xinjiang, Cina, merupakan buah dari dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad dan para shahabat ke seluruh penjuru dunia. Adalah Khalifah Uthman ibn Affan yang memulai kontak dengan Cina. Setelah menundukkan Romawi dan Persia, Khalifah Uthman bin Affan mengirim delegasi yang dipimpin Sa’ad ibn Abi Waqqas ra ke Cina pada tahun 29 H (651 M). Misi delegasi ini adalah mengundang kaisar Cina untuk memeluk Islam. Delegasi itu lalu membangun Masjid di kota Kanton. Masjid ini dikenal hingga hari ini sebagai ‘Masjid Memorial’.
Dari sini mulai tumbuh benih kebencian terhadap muslim di Cina. Akan tetapi keberadaan Khilafah saat itu membuat mereka terlindungi. Tidak ada satupun penindasan yang dibiarkan begitu saja kecuali dengan jihad fii sabilillah. Salah satu perang yang berkobar di perbatasan Cina terjadi di tahun 1334H. Meski berjumlah lebih sedikit, dengan bantuan Allah SWT, pasukan muslim berhasil menggempur pasukan Cina dengan telak. Setelah itu, umat Muslim sangat dihormati sebagai kekuatan yang diperhitungkan hingga mampu mengontrol sebagian besar Asia Tengah.
Kemenangan demi kemenangan membuka pintu Cina bagi muslim untuk menyebarkan keindahan dan kebenaran Islam. Pendatang muslim generasi awal ini juga mendirikan mesjid, sekolah, dan madrasah. Di perkotaan, para ulama mendominasi. Madrasah menjadi tempat menimba ilmu bagi banyak pelajar. Pelajar datang dari berbagai wilayah termasuk Rusia dan India, sehingga benar-benar menjadi arti harfiah dari ungkapan ‘Belajarlah hingga ke Cina.” Di tahun 1790an, tercatat ada sekitar 30 ribu pelajar muslim. Kota Bukhara yang saat itu masih merupakan bagian dari Cina, menjadi terkenal dengan julukan sebagai ‘Pilar Islam.’ Di kota inilah, Imam Bukhari lahir dan dikenal sebagai ahli hadits.
Tapi keadaan itu kemudian berubah sejak komunis menguasai wilayah muslim itu di tahun 1949. Mereka terus berusaha menghapus identitas dan budaya Islam di Xinjiang. Diskriminasi juga terjadi di bidang ekonomi. Wilayah Xinjiang yang sesesungguhnya sangat kaya yang memasok lebih dari 40 persen cadangan energi (minyak, gas dan batubara) Cina, tapi rakyatnya hidup dalam kemiskinan.
Sejak saat itu juga telah terjadi pemutusan komunikasi total sehingga tidak diketahui apa saja yang terjadi di sana. Penyelidikan mendalam menunjukkan keadaan yang sangat menyedihkan. Seseorang bisa diburu polisi karena ‘kejahatannya’ mengajarkan Qur’an kepada anak-anak. Sering juga terjadi razia terhadap umat Islam di Beijing. Penindasan terhadap umat Islam di sana memiliki satu tujuan: menghapus identitas Islam dari umat muslim. Menurut statistik kependudukan di tahun 1936, pemerintahan Kuomintang Republik Cina saat itu memperkirakan jumlah warga muslim sebesar 48.104.240 orang. Tapi sejak pemerintahan komunis, angka tersebut menurun menjadi 10 juta warga saja. Tidak ada penjelasan resmi, ke mana hilangnya 38 juta nyawa. Pembersihan massal seperti ini sangat luar biasa dan membuat apa yang terjadi di Tibet tidak ada apa-apanya. Padahal Barat begitu getolnya membela hak asasi pendeta dan Dalai Lama Tibet akibat pendudukan Cina di sana dan juga peristiwa Tiananmen Square, tapi tidak pernah peduli terhadap nasib umat Islam.
Di samping penghilangan secara fisik, Muslim juga sering dihujani dengan serangan yang mengancam identitas keislaman mereka. Masa Revolusi Budaya (1966-76) menunjukkan bagaimana brutalnya kebijakan dan sikap kaum Komunis. Ini terlihat dari poster yang terpampang di Beijing saat itu di tahun 1966, yang menyerukan penghapusan ritual Islam. Muslim juga dilarang untuk mempelajari bahasa tulis yang dipengaruhi oleh Arab, Turki dan Parsi. Pemerintah komunis juga menutup Masjid dan menyebarkan fitnah tentang Islam dan muslim. Properti wakaf disita dan masjid diduduki paksa. Kebijakan untuk membersihkan etnik muslim terus berlangsung. Etnik Han (mayoritas etnik di Cina, yang kafir) mulai banyak bertransmigrasi ke wilayah Xinjiang (Turkestan Timur untuk memastikan adanya mayoritas non-muslim di sana. Pada tahun 1949 hanya ada 2-3% etnik Han di sana, namun kini mereka mencapai 38%.
Meski ditindas oleh tirani pemerintah Cina, muslim di Xinjiang masih bertahan. Anak-anak muda mengenakan kalung berlogo bulan bintang, yang mirip dengan simbol yang digunakan Khilafah Uthmani di masa lalu. Tapi mengenakan kalung ini bisa berakibat penjeblosan ke penjara. Pernah di daerah Kajacou di Beijing, seorang muslim ditanya tentang anak-anaknya, yang ia jawab ada 6. Angka ini sangat tinggi karena hukum di Cina mengatakan bahwa muslim di Xinjiang hanya boleh punya anak 2 saja!
Berkaitan dengan hal itu, Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:
Apa yang terjadi pada 5 Juli lalu dan aksi-aksi sesudahnya di wilayah Xinjiang, Cina ditambah dengan apa yang terjadi di wilayah lain di dunia seperti di Thailand Selatan, Philipina Selatan, Rohingnya, Myanmar, Jammu Khasmir dan lainnya menunjukkan bahwa umat Islam minoritas di manapun sesungguhnya dalam keadaan menderita, hidup dalam tekanan, penindasan dan perlakuan diskriminatif dari penguasa di wilayah itu. Slogan kebebasan, keadilan, persamaan dan perlakuan non diskriminasi dari demokrasi, HAM dan nilai-nilai sekuler hanyalah omong kosong. Ia tidak berlaku untuk umat Islam. Dunia akan ribut bila yang menjadi korban adalah warga Barat, tapi diam seribu basa bila yang menjadi korban adalah umat Islam.
Kenyataan di atas juga menunjukkan bahwa demikian buruknya keadaan umat yang disebut al-Qur’an sebagai khayru ummat. Semua ini terjadi karena memang umat tidak memiliki pelindung (khalifah). Di sinilah letak pentingnya perjuangan penegakan Khilafah. Hanya bila umat Islam bersatu di bawah naungan Khilafah, harta, jiwa dan kehormatannya akan terjaga. Berkembangnya Islam ke berbagai belahan dunia, termasuk ke wilayah Cina tidak lain adalah berkat usaha yang dilakukan oleh para khalifah di masa lalu. Dan semasa khilafah masih eksis, mereka hidup dalam keadaan aman, tenteram, adil dan sejahtera.
Memperingatkan pemerintah Cina untuk segera menghentikan kedzaliman. Kepada pemerintah Indonesia juga negara-negara Islam lain untuk menekan pemerintah Cina agar segera menghentikan kedzalimannya, dan memulihkan hak-hak muslim di sana. Sementara kepada umat umat Islam, diingatkan bahwa kenyataan-kenyataan di atas semestinya semakin menggelorakan semangat perjuangan penegakan khilafah, dan tidak lagi mempercayai doktrin dan intitusi sekuler yang sekarang ada. Umat Islam hanya bisa berharap pada Islam dan Khilafah.
Jakarta, 12 Juli 2009/7 Rajab 1409 H
Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia
Muhammad Ismail Yusanto
Hp: 0811119796 Email: Ismaily@telkom.net
(sumber : Pernyataan Hizbut Tahrir Indonesia Nomor : 164/PU/E/07/09)
Xinjiang, Tanah Kaya di Negeri Cina
Senin, 13/07/2009 12:32 WIB"Berbatasan dengan sebelah barat laut Cina, dan seperti halnya wilayah Tibet, Xinjiang menjadi hal mutlak yang sangat penting bagi keamanan negara," kata Wenran Jiang - seorang pakar asal Cina dari Universitas Alberta - kepada AFP pada Ahad yang lalu.
"Beijing tidak akan berkompromi dengan cara apapun terhadap wilayah ini."
Mencakup lebih dari 1,6 juta km persegi, Xinjiang mengambil seperenam dari seluruh wilayah Cina.Daerah bergurun pasir dan bergunung serta sedikit penduduknya menjadi daya tarik tersendiri bagi wilayah tersebut karena kaya akan hasil pertambangan, pertanian serta energi.
Xinjiang menjadi wilayah yang kaya akan sumber daya dan menjadi produsen minyak kedua terbesar di Cina dengan menghasilkan minyak 24.7 juta ton.
Beberapa saluran pipa penting seperti pipa saluran minyak dan gas dari Asia tengah melintasi wilayah itu, membantu memenuhi kebutuhan yang sangat besar akan energi bagi penduduk di kota-kota yang ada di pantai timur.
"Dengan penurunan cadangan di Heilong Jiang dan Shandong, Xinjiang yang menjadi wilayah dengan pertumbuhan yang sangat strategis setiap tahunnya," kata Ren Xianfang seorang analis di IHS Global Insight.
Xinjiang menjadi wilayah yang bergejolk sejak pasukan keamanan pemerintah komunis Cina diturunkan ke wilayah tersebut secara besar-besaran untuk menindak keras muslim Uighur yang melakukan demonstrasi menentang penindasan dan diskriminasi di wilayah itu.Sedikitnya 184 - orang menurut versi pemerintah - telah terbunuh dan ribuan lainnya ditahan dalam rangka pengamanan yang dilakukan pasukan keamanan Cina.
Wilayah Strategis
Xinjiang telah berkembang pesat sejak tahun 80 an, yang akhirnya menarik gelombang migrasi dari etnis Han ke wilayah tersebut hidup berdampingan dengan etnis muslim Uighur.
"Sangat sedikit etnis Uighur yang bekerja di industri minyak disana," kata Jean Fran Ois Huchet, direktur dari pusat kajian Prancis pada Cina kontemporer di Hongkong.
"Penduduk muslim Uighur telah terjebak dan terkurung di daerah pedesaan dalam sistem pertanian yang sangat sedikit memiliki nilai tambah."
Namun ada beberapa wilayah yang menghasilkan kapas, mereka berjuang untuk memperoleh kemajuan dalam bidang ekonomi.
Daerah yang dikuasai oleh kelompok militer - Bingtuan - mengontrol wilayah pertanian yang sangat luas, mempekerjakan lebih dari 2,2 juta orang disana, dan mayoritas adalah etnis Han.Etnis Uighur yang minoritas berbahasa Turki lebih dari delapan juta penduduk, telah menuduh pemerintah mengerahkan serta memindahkan jutaan etnis Han di wilayah mereka dengan tujuan akhir memusnahkan identitas dan kebudayaan mereka.
Mereka juga menyebutkan rencana baru pemerintah yang akan menerapkan pengajaran bahasa Mandarin di sekolah-sekolah yang ada di Xinjiang, menggantikan dialek lokal mereka.
Xinjiang juga menjadi wilayah tempat pemerintah Cina melaksanakan uji coba Nuklir bawah tanah selama beberapa dekade dan menjadikan wilayah itu sebagai tempat strategis diletakkannya misil-misil Cina.
Hal ini juga yang menjadikan wilayah tersebut sangat penting bagi geopolitik Cina karena berbatasan dengan delapan negara, termasuk Afghanistan dan Pakistan, yang Cina anggap sebagai ancaman utama mereka.(fq/iol)