foto-foto aktiviti dakwah dan kemanusiaan

foto-foto aktiviti dakwah dan kemanusiaan

Sunday, July 12, 2009

HT Indonesia kutuk kejadian di China..

HR9808@IKRAR - adalah wadah bebas bukan partisan yang memfokus kepada kebajikan rakyat.
Singkatan;IKRAR (Ikatan Kebajikan Rakyat)

"REFORMIS BUKAN HANYA GELARAN ATAU PEJUANG YANG BERJUANG KERANA MENGHARAPKANNYA!"

13 Julai
Dalam TV! malam semalam, selama 50 minit dibahas tentang isu ini oleh Dr Zahari Ismail. Cuma dari beberapa penelepon ternyata isu ini masih tidak jelas difahami oleh rakyat negara ini. Mungkin juga sebahagian besar pemimpinnya. TV1 juga menyekat kaitannya dengan Malaysia. Seolah-olah bila ditegah, memberi inpak sepintas lalu ada kaitannya. Cuma menindas pemerintah Malaysia bukan kerana kaum tetapi penindasan dalam bentuk fahaman politik. Yang sokong pemerintah selamat dari gangguan ISA, ugut dll. Yang tidak sokong alamat kenalah bahananya seperti difitnah, ditangkap, dimusnahkan karier dan 1000 macam perancangan jahat. Ya inilah hakikat era yang disebut nabi sebagai era "Mulkan Jabbariy" pemerintah yang zalim yang memaksa umat taat pada mereka. Mereka Islam tetapi sekular, mereka Islam tetapi tolak Islam sebagai cara hidup, mereka Islam tapi arak,zina, rasuah dan judi halal sampai menjadi hidangan wajib di raja. Nak harap apa dari golongan ini? Harap adil dari mereka yang mabuk? Alamat kitalah yang ke dalam sebab jatuh hukum semasa masih berdengung.

Sebagai seorang Muslim, kita harus faham hal realiti ini supaya kita tidak terlalu kecewa melihat kesusahan yang menimpa kita jika mahu beramal dan memperjuangkan Islam. Tetapi yang lebih penting kita harus terus bersiap sedia menerima kenyataan dan mencari jalan menjauhi dari perkara yang paling buruk. Sdr kita di Xinjiang, adalah keturunan pahlawan yang masih mengalir darah syuhada ditubuh mereka. Mereka sedikit tetapi semangatnya besar dan rasanya mereka tidak akan berdiam diri. Mereka sanggup berjalan puluhan kilometer dan menempuh bermacam kesusahan kerana itu sudah biasa bagi mereka sebelum ini cuma kita tidak tahu. Yang perlu kita lakukan sekarang ialah penyatuan hadaf, penyatuan pemikiran, keseragaman solusi dan bergerak dengan kadar kemampuan yang ada. Jika BOIKOT paling berkesan maka inilah yang patut kita lakukan seperti tanda sokongan kita kepada Palestin.

Saya akan menghantar emel ke pihak HT Indonesia dan beberapa NGO di Indonesia agar memberi aksi lanjut yang lebih berkesan serentak di seluruh ASEAN. Bertindaklah!!!!

HTI Mengutuk Tragedi Pembantaiam Muslim Xinjiang

Senin, 13/07/2009 11:12 WIB
Ibu kota wilayah Xinjiang, Urumqi, bergolak. Umat Islam etnis Uighur di sana masih terus terancam. Setelah aparat keamanan Cina membantai mereka dalam aksi protes terhadap kebijakan pemerintah Cina yang diskriminatif pada 5 Juli lalu yang membuat 156 orang tewas, 1434 ditahan dan lebih dari 1.000 lainnya terluka, kini giliran ribuan etnis Han, yang sengaja dimukimkan pemerintah Cina di wilayah Xinjiang, turun ke jalan-jalan di Urumqi, ibukota wilayah Xinjiang, guna memburu warga Muslim yang tidak berdaya. Kelompok Uighur di pengasingan menyebut adanya “genocide” (pembersihan massal) terhadap kaum Muslim di wilayah Xinjiang. Bersenjatakan pentungan dan lainnya, etnis Han memburu etnis Uighur. Warga Muslim yang tidak bisa menyelamatkan diri babak-belur hingga sekarat, menjadi bulan-bulanan kebrutalan etnis Han. Menurut saksi mata, tak satu pun etnis Han yang melakukan serangan itu ditahan polisi.

Keberadaan muslim di wilayah Xinjiang, Cina, merupakan buah dari dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad dan para shahabat ke seluruh penjuru dunia. Adalah Khalifah Uthman ibn Affan yang memulai kontak dengan Cina. Setelah menundukkan Romawi dan Persia, Khalifah Uthman bin Affan mengirim delegasi yang dipimpin Sa’ad ibn Abi Waqqas ra ke Cina pada tahun 29 H (651 M). Misi delegasi ini adalah mengundang kaisar Cina untuk memeluk Islam. Delegasi itu lalu membangun Masjid di kota Kanton. Masjid ini dikenal hingga hari ini sebagai ‘Masjid Memorial’.

Dari sini mulai tumbuh benih kebencian terhadap muslim di Cina. Akan tetapi keberadaan Khilafah saat itu membuat mereka terlindungi. Tidak ada satupun penindasan yang dibiarkan begitu saja kecuali dengan jihad fii sabilillah. Salah satu perang yang berkobar di perbatasan Cina terjadi di tahun 1334H. Meski berjumlah lebih sedikit, dengan bantuan Allah SWT, pasukan muslim berhasil menggempur pasukan Cina dengan telak. Setelah itu, umat Muslim sangat dihormati sebagai kekuatan yang diperhitungkan hingga mampu mengontrol sebagian besar Asia Tengah.

Kemenangan demi kemenangan membuka pintu Cina bagi muslim untuk menyebarkan keindahan dan kebenaran Islam. Pendatang muslim generasi awal ini juga mendirikan mesjid, sekolah, dan madrasah. Di perkotaan, para ulama mendominasi. Madrasah menjadi tempat menimba ilmu bagi banyak pelajar. Pelajar datang dari berbagai wilayah termasuk Rusia dan India, sehingga benar-benar menjadi arti harfiah dari ungkapan ‘Belajarlah hingga ke Cina.” Di tahun 1790an, tercatat ada sekitar 30 ribu pelajar muslim. Kota Bukhara yang saat itu masih merupakan bagian dari Cina, menjadi terkenal dengan julukan sebagai ‘Pilar Islam.’ Di kota inilah, Imam Bukhari lahir dan dikenal sebagai ahli hadits.

Tapi keadaan itu kemudian berubah sejak komunis menguasai wilayah muslim itu di tahun 1949. Mereka terus berusaha menghapus identitas dan budaya Islam di Xinjiang. Diskriminasi juga terjadi di bidang ekonomi. Wilayah Xinjiang yang sesesungguhnya sangat kaya yang memasok lebih dari 40 persen cadangan energi (minyak, gas dan batubara) Cina, tapi rakyatnya hidup dalam kemiskinan.

Sejak saat itu juga telah terjadi pemutusan komunikasi total sehingga tidak diketahui apa saja yang terjadi di sana. Penyelidikan mendalam menunjukkan keadaan yang sangat menyedihkan. Seseorang bisa diburu polisi karena ‘kejahatannya’ mengajarkan Qur’an kepada anak-anak. Sering juga terjadi razia terhadap umat Islam di Beijing. Penindasan terhadap umat Islam di sana memiliki satu tujuan: menghapus identitas Islam dari umat muslim. Menurut statistik kependudukan di tahun 1936, pemerintahan Kuomintang Republik Cina saat itu memperkirakan jumlah warga muslim sebesar 48.104.240 orang. Tapi sejak pemerintahan komunis, angka tersebut menurun menjadi 10 juta warga saja. Tidak ada penjelasan resmi, ke mana hilangnya 38 juta nyawa. Pembersihan massal seperti ini sangat luar biasa dan membuat apa yang terjadi di Tibet tidak ada apa-apanya. Padahal Barat begitu getolnya membela hak asasi pendeta dan Dalai Lama Tibet akibat pendudukan Cina di sana dan juga peristiwa Tiananmen Square, tapi tidak pernah peduli terhadap nasib umat Islam.

Di samping penghilangan secara fisik, Muslim juga sering dihujani dengan serangan yang mengancam identitas keislaman mereka. Masa Revolusi Budaya (1966-76) menunjukkan bagaimana brutalnya kebijakan dan sikap kaum Komunis. Ini terlihat dari poster yang terpampang di Beijing saat itu di tahun 1966, yang menyerukan penghapusan ritual Islam. Muslim juga dilarang untuk mempelajari bahasa tulis yang dipengaruhi oleh Arab, Turki dan Parsi. Pemerintah komunis juga menutup Masjid dan menyebarkan fitnah tentang Islam dan muslim. Properti wakaf disita dan masjid diduduki paksa. Kebijakan untuk membersihkan etnik muslim terus berlangsung. Etnik Han (mayoritas etnik di Cina, yang kafir) mulai banyak bertransmigrasi ke wilayah Xinjiang (Turkestan Timur untuk memastikan adanya mayoritas non-muslim di sana. Pada tahun 1949 hanya ada 2-3% etnik Han di sana, namun kini mereka mencapai 38%.

Meski ditindas oleh tirani pemerintah Cina, muslim di Xinjiang masih bertahan. Anak-anak muda mengenakan kalung berlogo bulan bintang, yang mirip dengan simbol yang digunakan Khilafah Uthmani di masa lalu. Tapi mengenakan kalung ini bisa berakibat penjeblosan ke penjara. Pernah di daerah Kajacou di Beijing, seorang muslim ditanya tentang anak-anaknya, yang ia jawab ada 6. Angka ini sangat tinggi karena hukum di Cina mengatakan bahwa muslim di Xinjiang hanya boleh punya anak 2 saja!

Berkaitan dengan hal itu, Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:

Apa yang terjadi pada 5 Juli lalu dan aksi-aksi sesudahnya di wilayah Xinjiang, Cina ditambah dengan apa yang terjadi di wilayah lain di dunia seperti di Thailand Selatan, Philipina Selatan, Rohingnya, Myanmar, Jammu Khasmir dan lainnya menunjukkan bahwa umat Islam minoritas di manapun sesungguhnya dalam keadaan menderita, hidup dalam tekanan, penindasan dan perlakuan diskriminatif dari penguasa di wilayah itu. Slogan kebebasan, keadilan, persamaan dan perlakuan non diskriminasi dari demokrasi, HAM dan nilai-nilai sekuler hanyalah omong kosong. Ia tidak berlaku untuk umat Islam. Dunia akan ribut bila yang menjadi korban adalah warga Barat, tapi diam seribu basa bila yang menjadi korban adalah umat Islam.

Kenyataan di atas juga menunjukkan bahwa demikian buruknya keadaan umat yang disebut al-Qur’an sebagai khayru ummat. Semua ini terjadi karena memang umat tidak memiliki pelindung (khalifah). Di sinilah letak pentingnya perjuangan penegakan Khilafah. Hanya bila umat Islam bersatu di bawah naungan Khilafah, harta, jiwa dan kehormatannya akan terjaga. Berkembangnya Islam ke berbagai belahan dunia, termasuk ke wilayah Cina tidak lain adalah berkat usaha yang dilakukan oleh para khalifah di masa lalu. Dan semasa khilafah masih eksis, mereka hidup dalam keadaan aman, tenteram, adil dan sejahtera.

Memperingatkan pemerintah Cina untuk segera menghentikan kedzaliman. Kepada pemerintah Indonesia juga negara-negara Islam lain untuk menekan pemerintah Cina agar segera menghentikan kedzalimannya, dan memulihkan hak-hak muslim di sana. Sementara kepada umat umat Islam, diingatkan bahwa kenyataan-kenyataan di atas semestinya semakin menggelorakan semangat perjuangan penegakan khilafah, dan tidak lagi mempercayai doktrin dan intitusi sekuler yang sekarang ada. Umat Islam hanya bisa berharap pada Islam dan Khilafah.

Jakarta, 12 Juli 2009/7 Rajab 1409 H

Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia

Muhammad Ismail Yusanto

Hp: 0811119796 Email: Ismaily@telkom.net

(sumber : Pernyataan Hizbut Tahrir Indonesia Nomor : 164/PU/E/07/09)

Xinjiang, Tanah Kaya di Negeri Cina

Senin, 13/07/2009 12:32 WIB
Menjadi produsen minyak terbesar kedua di negeri Cina, serta merupakan wilayah yang kaya dengan sumber daya alam, provinsi Xinjiang yang mayoritas Muslim menjadi sangat penting bagi perekonomian dan geopolitik negara tirai bambu ini.

"Berbatasan dengan sebelah barat laut Cina, dan seperti halnya wilayah Tibet, Xinjiang menjadi hal mutlak yang sangat penting bagi keamanan negara," kata Wenran Jiang - seorang pakar asal Cina dari Universitas Alberta - kepada AFP pada Ahad yang lalu.

"Beijing tidak akan berkompromi dengan cara apapun terhadap wilayah ini."

Mencakup lebih dari 1,6 juta km persegi, Xinjiang mengambil seperenam dari seluruh wilayah Cina.

Daerah bergurun pasir dan bergunung serta sedikit penduduknya menjadi daya tarik tersendiri bagi wilayah tersebut karena kaya akan hasil pertambangan, pertanian serta energi.

Xinjiang menjadi wilayah yang kaya akan sumber daya dan menjadi produsen minyak kedua terbesar di Cina dengan menghasilkan minyak 24.7 juta ton.

Beberapa saluran pipa penting seperti pipa saluran minyak dan gas dari Asia tengah melintasi wilayah itu, membantu memenuhi kebutuhan yang sangat besar akan energi bagi penduduk di kota-kota yang ada di pantai timur.

"Dengan penurunan cadangan di Heilong Jiang dan Shandong, Xinjiang yang menjadi wilayah dengan pertumbuhan yang sangat strategis setiap tahunnya," kata Ren Xianfang seorang analis di IHS Global Insight.

Xinjiang menjadi wilayah yang bergejolk sejak pasukan keamanan pemerintah komunis Cina diturunkan ke wilayah tersebut secara besar-besaran untuk menindak keras muslim Uighur yang melakukan demonstrasi menentang penindasan dan diskriminasi di wilayah itu.

Sedikitnya 184 - orang menurut versi pemerintah - telah terbunuh dan ribuan lainnya ditahan dalam rangka pengamanan yang dilakukan pasukan keamanan Cina.

Wilayah Strategis

Xinjiang telah berkembang pesat sejak tahun 80 an, yang akhirnya menarik gelombang migrasi dari etnis Han ke wilayah tersebut hidup berdampingan dengan etnis muslim Uighur.

"Sangat sedikit etnis Uighur yang bekerja di industri minyak disana," kata Jean Fran Ois Huchet, direktur dari pusat kajian Prancis pada Cina kontemporer di Hongkong.

"Penduduk muslim Uighur telah terjebak dan terkurung di daerah pedesaan dalam sistem pertanian yang sangat sedikit memiliki nilai tambah."

Namun ada beberapa wilayah yang menghasilkan kapas, mereka berjuang untuk memperoleh kemajuan dalam bidang ekonomi.

Daerah yang dikuasai oleh kelompok militer - Bingtuan - mengontrol wilayah pertanian yang sangat luas, mempekerjakan lebih dari 2,2 juta orang disana, dan mayoritas adalah etnis Han.

Etnis Uighur yang minoritas berbahasa Turki lebih dari delapan juta penduduk, telah menuduh pemerintah mengerahkan serta memindahkan jutaan etnis Han di wilayah mereka dengan tujuan akhir memusnahkan identitas dan kebudayaan mereka.

Mereka juga menyebutkan rencana baru pemerintah yang akan menerapkan pengajaran bahasa Mandarin di sekolah-sekolah yang ada di Xinjiang, menggantikan dialek lokal mereka.

Xinjiang juga menjadi wilayah tempat pemerintah Cina melaksanakan uji coba Nuklir bawah tanah selama beberapa dekade dan menjadikan wilayah itu sebagai tempat strategis diletakkannya misil-misil Cina.

Hal ini juga yang menjadikan wilayah tersebut sangat penting bagi geopolitik Cina karena berbatasan dengan delapan negara, termasuk Afghanistan dan Pakistan, yang Cina anggap sebagai ancaman utama mereka.(fq/iol)


PM TURKI DAN RAKYATNYA BERANI MENYUARAKAN PENDIRIAN..

HR9808@IKRAR - adalah wadah bebas bukan partisan yang memfokus kepada kebajikan rakyat.
Singkatan;IKRAR (Ikatan Kebajikan Rakyat)

"REFORMIS BUKAN HANYA GELARAN ATAU PEJUANG YANG BERJUANG KERANA MENGHARAPKANNYA!"

12 JULAI

Bersama semalaman dengan pimpinan Jaringan NGO Muslim Perak di Tapak Perkhemahan Kg. Ulu Chepor memberi berbagai inspirasi:

1. Menyemak semula gerakerja NGO Muslim dan keberkesanannya kepada dakwah.
2. Refresh semangat setiakawan dan kebersamaan dalam mengatur strategi bersama di negeri Perak.
3. Menimba ilmu dari kuliah Ust Zul soal keperibadian Ibadur Rahman yang seharusnya sebagai dai memilikinya tanpa kecuali.
4. Penjelasan tentang hal tuju Jaringan NGO Muslim dan solusi yang wajar dari Dr. Khairuddin.
5. Kuliah subuh dari Ust Jamaluddin tentang Uslub Dakwah yang dipamerkan oleh Rasulullah saw. Jika dakwah difahami dengan benar oleh para dai maka tidak akan timbul perselihan faham antara NGO.
6. Taklimat dari Bendahari, Setiausaha dan wakil NGO amat jelas bahawa NGO Muslim Perak punya masa depan yang cerah sebagai satu wadah kordinator semua NGO.
7. Wakil dari Haluan dan Jim bersedia untuk memikul amanah perlaksanaan aktiviti khusus sepanjang tahun 2009.
8. Program qariah dari Nazri memperlihatkan fokus dan peningkatan komitmen dari semua NGO.
9. Resolusi dan tindakan yang sewajarnya akan dipantau serius oleh semua NGO terutama dengan adanya program qiam bulanan di masjid.

Setelah jam 11 pagi, kami bersurai. Semoga Allah memudahkan perlaksanaannya sehingga segala perancangan berhasil.

Diselang seli perbincangan semalam ternyata terlalu banyak yang harus diselesaikan dan semakin hari semakin rumit untuk diselesaikan. Maka inilah realiti yang melanda umat ini. Umat ini disibukkan oleh para konspirator di seluruh dunia dengan bermacam bentuk kesusahan yang menimpa mereka. Paling terdekat ialah di China. PM Turki yang berani telah sepakat dengan negaranya untuk memboikot produk China. Inilah contoh yang perlu ada kepada pemimpin umat yang dengan segera bertindak. Bangun dan menyatakan pendirian adalah akhlak karimah yang dicontohkan oleh Rasul dan para sahabatnya. Tapi di Malaysia berbeda...mereka senang tidur dan bermanja dengan kemewahan yang ada sehingga tidak kedengaran apa-apa dari pemimpinnya.
Biarkan mereka lena..tapi kita harus bangun..Ayuh..kita bangun dan menyatakan sokongan boikot produk China selagi masih berlaku penindasan kaum ini. BOIKOT...!!!

PM Turki: Cina Lakukan Holocaust di Xinjiang

Sabtu, 11/07/2009 17:31 WIB
Perdana Menteri Turki Recep Tayep Erdogan mengecam aksi kekerasan yang terjadi di wilayah Xinjiang yang dilakukan militer China terhadap penduduk wilayah itu yang mayoritas Muslim dan berasal dari etnik Tuskistan Timur atau Uighur.

Erdogan bahkan menyebut aksi kekerasan tersebut sebagai pembantaian massal atau Holocaust. "Sebuah peristiwa pembantaian massal tengah terjadi di wilayah Xinjiang di barat laut China yang mayoritas penduduknya adalah Muslim," kata Erdogan.

Dalam sebuah wawancaranya pada Jum'at (10/7) kemarin di kanal televisi Turki NTV, Erdogan juga menyebut tak ada kata-kata lain untuk tindakan represif yang dilakukan keamanan Cina di Uighur kecuali hal tersebut adalah pembantaian etnis secara besar-besaran.

Sebagaimana dilansir oleh beberapa media, menyusul demonstrasi yang dilakukan rakyat Uighur pada beberapa hari lalu yang berbuntut kerusuhan tersebut, pemerintahan Cina telah menculik lebih dari 1434 Muslim Uighur. Sementara itu, jumlah korban yang mati dalam peristiwa memilukan itu mencapai 156 jiwa, sementara 800 lainnya luka-luka.

Terkait kasus tersebut, Erdogan juga menyerukan pemerintahan Cina untuk ikut turun tangan menangani kasus tersebut agar tak lagi banyak korban yang menyusul berjatuhan.

Turki memiliki sebuah kedekatan yang istimewa dengan etnik Uiguhur. Keduanya disatukan oleh kesamaan rumpun etnik (Turki modern berasal dari ras Turk begitu juga Uighur, mereka adalah ras Turkistan Timur), bahasa, dan kebudayaan.

Wilayah ras, bahasa, dan budaya Turki sendiri saat ini membentang mulai dari Turki (modern) di Asia Minor (Anatolia), Kaukasus, Asia Tengah (meliputi Turkmeneistan, Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, Kyrgistan) hingga Uighur di Xinjiang sebagai ujung batas wilayah timur.

Maka, rakyat Uighur yang nota benenya adalah ras-bangsa Turki, jelas tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan Cina yang mayoritas penduduknya adalah bangsa Han. Cina jelas-jelas menjajah Uighur.

Sebagai bentuk protes atas apa yang dilakukan Cina kepada ras serumpun Turki, menteri teknologi Turki pun memutuskan untuk memboikot semua produk Cina.

Beberapa hari yang lalu, pemerintahan Turki juga mengumumkan pihaknya akan memberikan visa kepada para pemimpin Uighur, khususnya Rabiah Kadir yang saat ini berada di Amerika. (L2/alm)

Turki Serukan Boikot Produk China

Jumat, 10/07/2009 17:45 WIB
Menteri Perdagangan dan Industri Turki Nihat Ergun menyerukan boikot terhadap produk China sebagai protes atas aksi kekerasan yang dilakukan etnis Han dan aparat China terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. Sementara itu, Perdana Menteri Turki Recep Tayyib Erdogan menyatakan Turki siap menerima tokoh gerakan Muslim Uighur, Rabiya Kadeer jika ia diasingkan menyusul kerusuhan antar etnis di Xinjiang.

Dalam pernyataannya, Menteri perdagangan dan Industri Turki mengancam China dengan mengatakan, jika negara yang produk-produknya dikonsumsi oleh rakyat Turki tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan maka Turki akan meninjau kembali konsumsi produk-produk itu.

"Konsumen yang membeli sebuah produk harus tahu apakah negara yang memproduksi barang itu menghormati nilai-nilai kemanusiaan atau tidak," kata Ergun saat ditanya para wartawan tentang kerusuhan di Xinjiang.

Turki, negara yang paling keras mengkritik pemerintah China atas apa yang terjadi di Xinjiang. Turki menyatakan menghormati wewenang pemerintah China di Xinjiang, namun Turki juga punya hubungan budaya dengan Muslim Uighur karena Muslim Uighur masih banyak yang menggunakan bahwa Turki.

Erdogan juga mengatakan akan memberikan visa untuk Rebiya Kadeer, tokoh Muslim Uighur yang berada dalam pengasingan di AS. Menurut Rebiya, ia pernah dua kali mengajukan permohonan visa ke Turki tapi ditolak.

Sementara itu, arus pengungsian Muslim Uighur mulai mengalir. Warga Muslim meninggalkan ibukota Xinjiang, Urumqi untuk menghindari aksi-aksi kekerasan dari etnis Han China. Pemerintah China juga melarang Muslim Uighur untuk salat di masjid-masjid.

Di terminal bis Bayi, terlihat tumpukan penumpang yang jumlahnya diperkirakan mencapai 10.000 orang. Menurut seorang petugas terminal, jumlah ini dua kali lipat dari jumlah penumpang dalam situasi normal. Para pengungsi bercampur dengan para siswa sekolah yang akan pergi liburan musim panas. (ln/yn/asiaone)

Ribuan Warga Turki Sholat Ghaib dan Demo Mengecam Pemerintah China

Sabtu, 11/07/2009 06:16 WIB
Ribuan masyarakat Turki di masjid Fatih kota Istanbul tumpah ruah dalam amarah terhadap pemerintah rejim komunis China setelah 156 orang etnis Muslim Uighur tewas di wilayah provinsi Xinjiang.

Masyarakat melaksanakan sholat ghaib bagi muslim Uighur yang menjadi korban atas kerusuhan sebagai protes terhadap serangan etnis Han yang menyerang pekerja pabrik dari etnis Uighur, yang menewaskan dua orang serta melukai 118 orang lainnya.

Seorang ulama - Dr. Nedim Urhan memimpin sholat ghaib bagi muslim Uighur yang tewas dalam kerusuhan, ribuan warga Turki mengikuti prosesi sholat ghain tersebut di masjid Fatih di salah satu distrik kota Istanbul.

Setelah pelaksanaan sholat ghaib, terjadi demonstrasi besar-besaran mengutuk pembantaian yang terjadi di Xinjiang atau Turkistan timur sambil membakar bendera negara China.

Banyak wanita yang menghadiri sholat ghaib yang dilaksanakan setelah pelaksanaan Jumat tersebut, kebanyakan dari wanita itu adalah etnis Uighur yang telah tinggal di Turki. Mereka menangisi kematian saudara-saudara mereka di sana akibat kerusuhan.

Dengan keras para demonstran meneriakkan,"Umat Manusia, anda tidak bisa menutup mata anda," "Hidup Muslim Turkistan Timur" dan "Muslim di Turkistan Telah di Bantai".

Setelah doa bersama, LSM-LSM Turki membuat pernyataan bersama dan menuntut pemerintah dan masyarakat Islam untuk memboikot terhadap produk ekonomi asal China dari seluruh negeri-negeri Muslim.

Presiden dari Asosiasi solidaritas dan kebudayaan masyarakat Turkistan Timur - Hidayat Oguzhan mengucapkan banyak terima kasih terhadap dukungan serta sensitivitas masyarakat Turki.

Banyak LSM-LSM dan beberapa pihak yang mewakili organisasi kepemudaan ikut dalam demonstrasi yang dilaksanakan setelah sholat Jumat tersebut dan akhir dari demonstrasi ditutup dengan pembacaan doa.

Kepolisian China telah menahan 1434 etnis Muslim Uighur dua hari setelah tewasnya 156 dan melukai lebih dari 1000 orang sejak Muslim Uighur memulai demonstrasi di pusat kota Urumqi.

Pernyataan resmi dari pemerintah komunis China menyatakan bahwa 156 orang tewas akibat bentrok dengan aparat kepolisian pada kerusuhan tersebut, namun Kongres Dunia Uighur mengatakan etnis Uighur yang tewas lebih banyak dari itu, sekitar 600 sampai 800 orang, perkiraan tersebut berdasarkan saksi mata yang melihat langsung kejadian.(fq/wb)

Muslim Uighur Kembali Ditangkap Setelah Sholat Jumat

Sabtu, 11/07/2009 06:58 WIB
Polisi anti huru hara China telah menangkap kembali etnis Uighur diperkirakan sekitar 5 sampai 6 orang yang ditangkap oleh polisi China setelah mereka selesai melaksanakan sholat Jumat kemarin.

Sebelumnya pemerintah komunis China telah memerintahkan masjid di kota Urumqi provinsi Xinjiang untuk di tutup bagi pelaksanaan sholat Jumat.

Ratusan orang berkumpul di dekat masjid 'Putih' di awasi oleh polisi anti huru hara dengan bersenjata lengkap serta kendaraan lapis baja, polisi juga memblokir jalan-jalan di sekitar masjid dan helikopter berpatroli mengawasi dari udara.

"Anda lihat ini, bagaimana mereka memperlakukan etnis muslim Uighur seperti binatang!" kata seorang perempuan.

Akan tetapi beberapa muslim Uighur dapat melaksanakan sholat Jumata di beberapa masjid yang ada di kota urumqi meskipun pelarangan pelaksanaan sholat Jumat berlaku untuk seluruh masjid yang ada di kota Urumqi.

Di Masjid 'Putih', salah satu masjid yang paling populer sebagai tempat ibadah yang cukup besar, sekitar 100 orang meminta kepada aparat kepolisian yang menjaga masjid untuk mengijinkan mereka masuk ke dalam untuk melaksanakan sholat Jumat.

Imam masjid mengatakan kepada polisi anti huru hara bahwa mereka akan mempersingkat pelaksanaan ritual sholat Jumat.

Seorang polisi dari etnis Uighur yang menjaga masjid yang tidak mau menyebutkan namanya, mengatakan : "Kami memutuskan untuk membuka masjid dan mengijinkan mereka sholat karena telah banyak orang yang berkumpul di depan masjid. Kami tidak ingin terjadi sesuatu."

Pelarangan sholat Jumat di masjid dari pemerintah komunis China dilakukan dengan alasan 'demi keamanan umum'.

Beberapa blok jalanan dari masjid 'Putih' terdapat masjid Yang Hang, dimana pada pagi Jumat sebuah poster ditempel di depan gerbang masjid yang berisi tulisan bahwa masjid untuk sementara di tutup untuk pelaksanaan sholat.

Namun pengumuman tersebut tidak diindahkan oleh warga, mereka malah mencopotnya dan ratusan orang masuk ke dalam masjid menggelar sajadah bersiap untuk melaksanakan sholat Jumat.

Masjid lain yang sering dikunjungi oleh etnis Hui - etnis Muslim lain yang ada di China - membuka pintu masjid pada Jumat kemarin setelah kerumunan ratusan orang berteriak meminta masjid tersebut dibuka.

Masjid-masjid lain di wilayah Xinjiang sebelumnya telah memberikan pengumuman bahwa pelaksanaan sholat Jumat tidak bisa dilaksanakan di masjid.

"Kami merasa terhina. Ini masjid kami. Namun kami tidak bisa masuk ke dalam, sementara mereka mengijinkan para komunis itu masuk ke dalam masjid," kata seorang pemuda, menunjuk aparat keamanan China yang masuk ke dalam masjid dan berjaga-jaga di atas menara masjid dengan seragam lengkap.(fq/wb)