foto-foto aktiviti dakwah dan kemanusiaan

foto-foto aktiviti dakwah dan kemanusiaan

Saturday, February 14, 2009

APA JADI DI ISRAEL..?

HR9808@IKRAR - adalah wadah bebas bukan partisan yang memfokus kepada kebajikan rakyat.
Singkatan;IKRAR (Ikatan Kebajikan Rakyat)

15 FEBR

Sibuk beno dengan isu di Perak sampe lupe di Israel..

WINES Khawatirkan Kedekatan Hamas, Iran, dan Ikhwan Mesir

Minggu, 15/02/2009 07:36 WIB

Washington, Washington Institute for Near East Studies (WINES), salah satu lembaga kajian politik teremuka di Amerika mengkhawatirkan kian dekatnya hubungan antara negeri Mullah Iran, gerakan Hamas Palestina, dan al-Ikhwan al-Muslimun Mesir.

Kedekatan antar kelompok tersebut dikhawatirkan akan semakin memperkuat pengaruh Republik Islam Iran di Timur Tengah sehingga dapat memancing bebeapa negara Arab yang "tak terlalu menyukai Iran" untuk semakin menjauhi bahkan memeranginya.

Hal di atas dikemukakan oleh Dr. Mahdi Khalji, visiting-fellow pada WINES dalam artikelnya yang berjudul "al-Ikhwan al-Muslmun in Egypt and Iran" dan dimuat di jurnal WINES untuk edisi terbarunya yang baru terbit baru-baru ini.

Dalam analisanya, Khalji mengemukakan jika sekalipun berbeda mazhab, yaitu Sunni dan Syi'ah, namun antara Iran yang menganut Syi'ah dan Ikhwan yang bermazhab Sunni tidak mustahil untuk dapat bersatu padu.

Dari mulai republik Mesir didirikan pada tahun 1953 M hingga sekarang, Ikhwan telah menjadi oposisi terkuat negeri itu. Sementara itu, Iran, semenjak masa revolusi Islam pada tahun 1979 M, negeri para Mullah itu kerap bersitegang dengan Mesir--salah satu sekutu terdekat Amerika dan Israel di Timur Tengah. Syah Iran yang dijungkalkan oleh gerakan revolusi Islam Iran kabur dan "dilindungi" oleh pemerintahan Mesir kala itu.

Baik antara Iran dan Ikhwan di Mesir, keduanya memiliki satu cita-cita yaitu didirikannya negara-republik Islam dan diterapkannya yari'at Islam sebagai hukum positif negara. Selain itu, sukses revolusi Islam Iran turut semakin memantik berkobarnya api gerakan pan-islamisme di Timur Tengah, salah satunya adalah Ikhwan di Mesir. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor yang kemudian mendekatkan hubungan Iran dan Ikhwan.

Kedekatan antara keduanya pun kian diperkuat oleh sikap Tehran yang mengkritik tajam Mesir selama invasi Israel ke Gaza beberapa hari silam. Iran mengecam Mesir karena negara itu tak mau membukakan pintu perbatasan Rafah-Gaza untuk masuknya barang-barang bantuan ke Gaza.

Kecaman Iran tersebut langsung mendapatkan respon yang tak kalah keras dari pihak Mesir. Ahmad Abou al-Ghayth, Menteri Luar Negeri Mesir menuding Iran dan Hezbollah Lebanon tengah berupaya untuk meledakkan perang yang lebih besar di Timur Tengah.

Tentu saja, kedekatan hubungan antara Iran dengan Ikhwan menjadikan pihak pemerintahan Mesir kian khawati dan ketar-ketir. Selain karena ancaman ideologi, Ikhwan juga menjadi ancaman serius bagi pemerintahan Mesir di sisi politik. Pada pemilu legilatif 2005 silam, secara mengejutkan suara Ikhwan naik secara signiikan dan meraup banyak kursi di palmen.

Dalam sebauah wawancara dengan kantor berita Iran "Mehr" baru-baru ini, Mursyid Tertinggi Ikhwan, Mahdi Akif menyatakan jika jama'ah al-ikhwan al-muslimun mendukung prinsip dan konsep sang pendiri Republik Islam Iran. Ikhwan juga mendukung penuh jerih payah upaya Iran terkait problem Palestina. (atj cairo/iol)

Ganna Pryadharizal, Alumnus Universitas Al-Azhar

Cinta Allah untuk Warga Gaza

Minggu, 15/02/2009 07:39 WIB

Operasi militer Israel di Jalur Gaza yang terjadi selama hampir sebulan masih menyisakan kepedihan dan duka yang mendalam bagi kaum muslimin di sana. Aroma kegetiran masih nampak jelas di wajah-wajah mereka. Ujian dan cobaan silih berganti menimpa bangsa Palestina, terutama yang ada di Gaza.

Ujian dan cobaan (bala’) adalah sejarah dan kisah panjang sejak diturunkannya kalimat tauhid ke muka bumi. Para nabi dan orang-orang saleh silih berganti menerima ujian dan bala’. Oleh karena itu, siapa saja yang bertekad secara tulus untuk memikul kalimat La ilaha illallah dan membela serta ingin menegakkannya di muka bumi, maka ia harus mau menebus status mulian ini dengan menanggung beban berat, baik kelelahan, keletihan dan bala’.

“Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-‘Ankabut: 2-3)

Rasulullah menyatakan, “Demi Allah, sesungguhnya Allah benar-benar menimpakan bala’ kepada orang mukmin, Allah tidak menimpakan bala kepadanya selain memuliakannya. Dan sungguh ia memiliki kedudukan yang tidak bisa ia gapai dengan amal apapun yang ia miliki, selain dengan ditimpakannya bala.”

Tak pelak, cobaan serta ujian yang dihadapi warga Gaza merupakan bentuk kecintaan Allah kepada mereka. Dalam makalahnya berjudul Wa Kadzalika Ar-Rusul, Tubtala Tsumma Takunu Lahum Al-‘Aqibah, Asy-Syahid Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi menyatakan, ditimpakannya cobaan adalah takdir Allah untuk semua makhluknya. “Yang membedakan adalah, untuk orang-orang pilihan, ujian itu akan semakin keras dan berlipat ganda dari orang-orang biasa. Pasalnya, mereka adalah orang-orang yang diperhatikan Allah. Terlebih lagi bagi mujahidin, tidak bisa tidak, mereka harus mengenyam pendidikan di madrasah bala’. Keimanan dan jiwa mereka harus digembleng,” tulisnya.

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan, dari Sa’ad bin Abi Waqqash, ia berkata, “Aku berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling dahsyat ujiannya?” Rasulullah bersabda, ”Para nabi, setelah itu orang-orang saleh, setelah itu yang berikutnya dan berikutnya. Seseorang diuji sesuai kadar agamanya. Jika agamanya kuat, cobaannya pun bertambah. Jika kadar agamanya tipis, cobaannya diringankan. Dan orang beriman akan terus ditimpa cobaan sampai ia berjalan di muka bumi tanpa sedikitpun ada kesalahan pada dirinya.” Pun demikian, tertundanya kemenangan juga menjadi tanda cinta Allah kepada hamba-Nya yang mukmin. Mengutip pernyataan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Zadul Ma’ad, tertundanya kemenangan merupakan cara Allah untuk mengidentifikasi orang-orang beriman, kafir dan munafik. Begitu cintanya Allah, sampai-sampai Dia memilah, mana saja kaum mukmin dan mana saja kaum kafir serta munafik. Dia tak ingin kaum mukmin berbaur dengan kaum munafik apalagi kafir, sehingga akidah Islam yang benar menjadi ternoda.

Masih menurut Ibnu Qayyim, seandainya Allah selalu memberi kemenangan dan kekuasaan kepada kaum beriman, tentu jiwa mereka akan melampaui batas, sombong dan angkuh. Sebagai bentuk rasa cinta, Allah menimpakan kebahagiaan sekali waktu dan kesedihan di waktu lainnya. Bahkan, rasa aman, kenyamanan, kemenangan dan kekayaan berpotensi memicu penyakit “wahn”, yaitu cinta dunia dan takut mati. Jelas, saking cintanya, Allah tak ingin para hamba-Nya terkena penyakit tersebut.

Terlebih lagi, konflik berkepanjangan antara kaum muslimin Palestina dengan Zionis Israel adalah representasi proses pertarungan antara al-haq dan al-bathil, yang senantiasa terjadi sepanjang masa. Kesedihan, luluh-lantaknya tempat tinggal kaum muslimin Palestina, dan segenap fenomena kekalahan yang menimpa mereka belumlah menjadi hasil akhir pertarungan itu. Karena, jauh-jauh hari Allah memberi sinyalemen bahwa – jika bersabar – hasil akhir pertarungan dimiliki kaum kaum muslimin. Allah berfirman, “Maka bersabarlah, karena sesungguhnya hasil akhir yang baik adalah milik orang-orang yang bertakwa.” (Hud: 49)

Yakinlah, janji Allah tidak akan pernah meleset. Kemenangan yang Allah berikan tidak berwujud kemenangan lahiriyah atau materi yang nampak secara kasat mata. Kemenangan bisa berbentuk lain, seperti yang nampak dari fenomena anak kecil dalam kisah Ashabu Al-Ukhdud. Secara lahiriyah, anak tersebut kalah, karena dirinya binasa di tangan raja yang kafir. Namun sejatinya, anak tersebut menang, karena seluruh rakyat beriman karenanya. Anak kecil itu berhasil meneguhkan panji tauhid, kemenangan terbesar.

Dengan demikian, jika yakin bahwa cinta Allah begitu besar kepada para hamba-Nya yang sedang menghadapi ujian dan melaluinya dengan penuih kesabaran, maka sekarang saatnya untuk bangkit. Karena, ujian kekalahan harus memicu tekad untuk meraih harga diri dan kemenangan. Nampaknya Allah hendak mengingatkan bahwa kelemahan dan kehinaan mesti menjadi batu loncatan untuk menang. Sebagaimana yang difirmankan-Nya terkait pasukan muslimin di Perang Badar, “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu ketika itu adalah orang-orang yang lemah.” (Ali ‘Imran: 123). Jadi sekarang saatnya bangkit dan melawan!

Profil Penulis :

Ganna Pryadharizal; Staf editor Pustaka Al-Kautsar, alumnus Universitas Al-Azhar, Mesir. Bisa dihubungi di nomor 0817787524 atau email: anaediputra@gmail.com

No comments:

Post a Comment

silakan komen dan beri pandangan anda untuk kebaikan semua!!