foto-foto aktiviti dakwah dan kemanusiaan

foto-foto aktiviti dakwah dan kemanusiaan

Friday, February 27, 2009

JADIKAN GAZA SEBAGAI SEKOLAH JIHAD UMMAT!!!

HR9808@IKRAR - adalah wadah bebas bukan partisan yang memfokus kepada kebajikan rakyat.
Singkatan;IKRAR (Ikatan Kebajikan Rakyat)

26 FEBR

Mendengar khutbah Jumaat di masjid KOmpleks Fajar Raya, Cimahi, Bandung dari seorang imam muda amat menusuk hati. Jarang sekali khutbah begini saya dapatkan dari bumi Malaysia kerana hampir seluruh Malaysia khutbahnya dibaca dari teks yang disediakan oleh JAIN (Jabatan Agama Islam Negeri). Jika pegawai, pengarah dan muftinya ok..maka dapatlah kita mendengar khutbah yang berniali rabbani. Tapi jika ditulis oleh pegawai yang pekat fahaman UMNOnya maka alamat tak tentu halalah khutbah. Semuanya jadi kabur kerana Islam mahu disesauikan dengan faham kebangsaan yang sempit. Faham bangsa Melayu adalah raja, bangsa Melayu boleh tindas bangsa lain dan yang lebih parah ialah menindas (Malaysia) begini diizinkan oleh Islam. INilah faham sesat yang dianut oleh sebahagian orang Melayu Islam di Malaysia. Faham sesat begini bukan sahaja merosakkan aqidah bahkan merosakkan kelanjutan keindahan Islam di buni Malaysia.

Mungkin ramai di kalangan orang luar Malaysia tidak jelas maksud saya kerana lihat Malaysia dari jauh, tapi jika sdr/sdri datang atau bertemu dengan mereka maka faham sesat ini akan jelas kelihatan. Masih banyak masjid di Malaysia yang terus menyebarkan faham ini sehingga anak-anak Melayu menjadi keliru dan kehidupan mereka makin menjauh dari Islam sebenar. Fitnah dari faham ini juga menjalar ke kaum lain yang belum Islam sehingga mereka rasa takut dengan Islam. Berbalik ke khutbah tadi inti yang imam sampaikan ialah tentang "sejauh mana alquran hidup dalam diri dan dan kehidupan kita?"..Walaupun singkat tapi jelas..iaitu kita masih jauh dari alquran sekalipun kita menadah alquran ketika membaca dan mngucupnya ketika selesai membaca. Jauh dari alquran jelas kelihtan dalam amalan bernegara, bisnes dan sosial kita. Jadi jika yang besar jelas kelihatan maka sudah tentu ianya datang dari peribadi itu sendiri yang jauh dari Islam. BUkan sahaja di Indonesia tapi di seluruh dunia Islam. Bila mendengar sdr kita di Palestin menderita..sdr kita yang mengaku Muslim tidak merasai apa-apa? APakh ini tanda alquran hidup dalam dirinya??

Di zaman sahabat, teguran dari alquran dapat dirasakan oleh mereka sehingga setiap ayat yang turun seperti menjadi panah penegur kepada setiap individu Muslim masa itu. Mereka mendengar dan taat tanpa dipaksakan oleh sesiapa kerana keimanan mereka yang sempurna dan jelas. Tidak ada campur baur dengan fahaman kebangsaan Arab tapi hanya Islam sahaja mencorak dan mengukir prilaku hidup mereka. Inilah makna hidup di bawah "naungan Alquran..."

Setelah Jumaat sambil berjalan kaki dengan Sofwan..pesanan khatib masih terngiang-ngiang di telinga,,"sahabat sering menangis ketika ayat-ayat alquran dibaca atau didenagr..". Hebat sekali mereka sehingga 2/3 dunia berada di bawah mereka kerana penghayatan ini. Maka inilah mungkin sebahagian dari generasinya yang berada di Gaza sekarang.."Mereka lebih cinta mati dari hidup sebagai hamba kepada Israel.."..Ya inilah contoh yang ada dan rasanya wajar kita ulang-ulangkan kisah Gaza ini ke telinga anak-anak kita sehingga aliran keyakian jihad meresap ke mereka pula..

Profesor Shahul Hameed

Belajar dari Gaza: Umat Islam Bersatulah !

Minggu, 22/02/2009 22:22 WIB

Krisis Gaza memberikan kita banyak pelajaran. Salah satunya yang paling penting, bahwa kita harus segera mengambil langkah untuk merevitalisasi paradigma umat, yang akan memberikan kesamaan visi bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia, sebuah paradigma dimana umat Islam harus satu suara dalam menyuarakan kebenaran, menegakkan keadilan dan kedamaian bagi eksistensi umat Islam.

Theodoros Pangalos, anggota parlemen Yunani mengembalikan hadiah berupa tiga botol minuman anggur yang diberikan oleh dutabesar Israel. Saat mengembalikan hadiah itu, Pangalos menulis pesan pada dutabesar Israel yang isinya:

"Dengan sangat menyesal saya mengetahui bahwa botol-botol anggur yang Anda kirimkan pada saya diproduksi di Datara Tinggi Golan. Sejak masih muda, saya dididik untuk tidak mencuri dan tidak menerima benda-benda dari pencuri. Oleh sebab itu saya tidak bisa menerima hadiah ini dan saya harus mengembalikannya pada Anda. Anda tahu, berdasarkan hukum internasional dan beberapa keputusan dari komunitas internasional, negara Anda telah menguasai secara ilegal Dataran Tinggi Golan milik negara Suriah."

Audrey Stewart adalah aktivis hak asasi manusia dari New Orleans, AS. Dia ibu dari dua anak yang masik kecil-kecil dan ia meninggalkan anak-anaknya untuk pergi ke Jalur Gaza pada saat perang berkecamuk. Audrey tinggal beberapa hari di Gaza saat Israel menjatuhkan bom-bomnya ke wilayah itu. Dalam sebuah artikel, Audrey membandingkan puteranya yang bernama Dominic dengan seorang anak lelaki Palestina berusia tiga tahun bernama Omar.

"Mengapa saya memiih untuk meninggalkan anak-anak saya dan pergi ke Gaza? Saya bertanya ratusan kali pada diri saya mengapa saya harus di sini (Gaza). Akhirnya saya di sini karena saya percaya bahwa Omar, anak lelaki Palestina berusia tiga tahun punya hak yang sama atas hidup dan mimpi-mimpinya seperti anak saya Dominic yang juga berusia tiga tahun. Lebih dari itu, sebagai seorang ibu, saya bertanggung jawab untuk tidak hanya mencintai dan bicara untuk kepentingan anak saya sendiri, tapi juga untuk para ibu lainnya."

Dua fakta diatas menunjukkan semangat kemanusiaan sejati dari dua orang non-Muslim. Sungguh memalukan jika kita melihat apa yang dilakukan para pemimpin Muslim yang saling bersalaman, berpelukan, menggelar makan malam mewah dan berfoto-foto dalam sebuah konferensi yang membahas krisis di Gaza. Kenyataan inilah yang akan kita gali sebagai latar belakang untuk membahas topik persatuan umat Islam terkait dengan agresi brutal Israel yang membantai warga Muslim di Jalur Gaza.

Krisis Gaza memberikan kita banyak pelajaran. Salah satunya yang paling penting, bahwa kita harus segera mengambil langkah untuk merevitalisasi paradigma umat, yang akan memberikan kesamaan visi bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia, sebuah paradigma dimana umat Islam harus satu suara dalam menyuarakan kebenaran, menegakkan keadilan dan kedamaian bagi eksistensi umat Islam. Semua itu bisa tercapai jika umat Islam lebih serius dan memiliki kesetiaan yang dalam pada al-Quran dan sunnah Rasulullah Muhammad saw. Tapi sayang, yang terjadi saat ini, umat Islam di dunia secara drastis telah mengasingkan diri mereka dari tanggung jawab yang sangat penting di bidang sosial politik, yang telah diamanahkan Allah swt pada umat Islam.

Dalam Surat Ali 'Imran ayat 103 Allah swt berfirman:

"Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."

Sungguh menyedihkan, saat ini umat Islam tidah bersatu. Ada penguasa dan pejabat-pejabat Muslim yang bekerjasama dengan musuh-musuh Islam dan membunuh saudara-saudara mereka sendiri. Apa yang terlihat di depan mata kita sudah sangat jelas dan tidak perlu penjelasan lagi. Ini menunjukkan aspek penting betapa makin terasingnya kita dari paradigma umat.

Dalam Surat Al-Ma'idah ayat 51, Allah swt berfirman;

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin-pemimpinmu.Sebagian dari mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

Dalam Surat An-Nisaa' ayat 144, Allah swt berfirman;

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengambil alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu?)"

Ayat-ayat diatas bukan berarti umat Islam tidak boleh berteman dengan orang-orang Yahudi, Kristiani dan orang-orang non-Muslim lainnya. Tapi ayat-ayat itu memerintahkan umat Islam untuk tidak memberikan dukungan pada musuh-musuh Islam, pada mereka yang memerangi saudara-saudara seiman kita. Apa yang terjadi di Timur Tengah merupakan pelajaran yang obyektif bagi umat Islam. Sekarang ini, kita melihat pemerintahan negara-negara Muslim mengadopsi bukan hanya pendekatan yang bersahabat, tapi juga mengadopsi sikap merendahkan diri sedemikian rupa pada para Zionis atau pada negara-negara yang mendukung Zionis, organisasi Zionis dan sebagainya.

Dalam surat An-Nissa' ayat 75, Allah swat berfirman;

"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang semuanya berdoa: 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Makkah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau dan berilah kami penolong dari sisi Engkau."

Umat Islam tahu akan perintah Allah swt itu, tapi banyak Muslim yang mengabaikan kewajiban mereka untuk berjuang memerdekakan Muslim lainnya yang masih terjajah. Banyak umat Islam yang malah berkolaborasi dengan para tiran dan penindas bahkan pada saat saudara-saudara Muslim mereka dalam kondisi tanpa pertahanan dan hak asasi mereka terampas. Inilah yang kita saksikan saat Israel melakukan serangan keji ke Jalur Gaza. Sementara banyak non-Muslim di berbagai belahan negara yang menggelar aksi protes terhadap agresi tak beradab yang dilakukan Israel, ironisnya ada beberapa negara Muslim yang melarang rakyatnya untuk mengungkapkan kemarahan pada penjahat perang yang telah membantai anak-anak. Adakah yang lebih buruk dari semua ini bagi umat Islam?

Sepertinya rasa kemanusiaan sudah berada di pinggiran zaman dan umat Islam sedang menghadapi ujian. Tentu saja, umat Islam harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan zaman, tidak bisa tidak. Sudah sangat terlambat bagi umat untuk melupakan atau mengabaikan isu-isu yang telah menciptakan perpecahan dan pertikaian di kalangan umat.Tugas utama dan kewajiban yang paling penting bagi umat ini adalah untuk berpegang teguh pada "tali Allah" bersama-sama dan tidak terpecah belah lagi. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan menuntun kita semua ke jalanNya yang lurus....

Profesor Shahul Hameed-Islamonline

Profesor Shahul Hameed adalah konsultan di Islamonline. Pernah menjadi memimpin Kerala Islamic Mission di Calicut, India. Penulis buku-buku Islam yang diterbitkan dalam bahasa Malaysia. Buku-bukunya bertema perbandingan agama, status perempuan dalam Islam, ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.

Mari kita kenal dengan tokoh Hamas...yang tidak pernah gentar dengan Israel!!!

Khaled Masy'al pemimpin Hamas digeruni musuh
Ustaz Zainudin Hashim
Mon | Feb 23, 09 | 10:56:50 am MYT

"Tujuan mereka ialah menyuntik bahan beracun ke tubuh Khaled agar mati secara senyap-senyap."

GERAKAN Ikhwan Muslimun tidak hanya bertapak di bumi Mesir walaupun ia diasaskan di negara yang pernah didiami golongan nabi-nabi. Ia turut mempunyai kaitan dengan bumi Palestin yang turut dikatakan terdapat para anbiya dan ulama seperti Imam as-Syafie yang dilahirkan di bumi bertuah itu, ditambah pula dengan wujudnya kiblat pertama umat Islam iaitu Masjid al-Aqsa.

Ikhwan Muslimun di Palestin dikenali sebagai Hamas. Ia diasaskan oleh Syeikh Ahmed Yassin di bahagian Gaza yang merupakan cabang al-Ikhwanul al-Muslimun. Sejak penubuhannya, Hamas telah melancarkan serangan terhadap penduduk Israel, negara yang menakluki wilayah Palestin.

Piagam Hamas menyeru supaya negara Israel dimusnahkan dan digantikan dengan sebuah negara Islam. Hamas sering menunjukkan sentimen anti-Israel dan berjuang untuk mengusir pihak Israel keluar dari Palestin melalui Jihad.

Dalam pilihan raya umum 2006, Hamas berjaya memenangi jumlah kerusi yang terbanyak dalam Parlimen dan telah membentuk kerajaan baru. Hal ini membuktikan populariti Hamas berbanding dengan Fatah yang dianggap tidak berkesan dan tidak berakhlak oleh penduduk Palestin. Hamas juga melaksanakan beberapa program kebajikan di wilayah Palestin, termasuk menabung sekolah, rumah yatim piatu dan klinik kesihatan.

Pertempuran antara kumpulan militan Fatah dan Hamas sejak pilihan raya Januari 2006 telah banyak berlaku, dan menyebabkan kemusnahan infrastruktur dan kegawatan ekonomi.

Mendekati pemimpin yang digeruni musuh

Khaled yang nama penuhnya Khaled Abdel Rahim Ismail Abdel Qader dilahirkan pada 1956 di Kampung Salwad dalam daerah Ramallah di Palestin. Beliau mendapat pendidikan awal di Ramallah pada 1967 dan selepas itu berhijrah bersama seluruh ahli keluarganya ke Kuwait, menyambung pelajaran peringkat menengah di Kuwait.

Semasa belajar di peringkat pengajian tinggi di Universiti of Kuwait, Khaled belajar dalam bidang Fizik hingga bergelar graduan. Ketika belajar di situ, Khaled menjadi perintis kepada penubuhan rangkaian belia yang menjadi sayap kanan Hamas. Ini kerana kerajaan Kuwait pada masa itu amat menyokong penuh rakyat Palestin mengalahkan rakyat mereka sendiri hingga ke hari ini.

Dalam kesempatan mendapat sokongan padu kerajaan Kuwait, Khaled menyediakan kader-kader yang bersedia untuk dikerahkan ke Palestin menghadapi kekejaman rejim Yahudi dengan pembiayaan yang ditanggung oleh pihak berkuasa. Akhirnya kecenderungannya berpolitik telah mendorongnya menubuhkan Rangkaian Politik Palestin di universiti berkenaan.

Beliau juga bertanggungjawab mengasaskan Briged Islam yang dikenali dengan �Haq� yang mengatasii pengaruh mahasiswa-mahasiswa pro-Fatah di universiti yang sama. Setelah menamatkan pengajian, Khaled segera menukar nama briged yang diasaskannya itu kepada Rabitah Islam Pelajar-pelajar Palestin (Ikatan Islam).

Kerjaya sebagai Guru Fizik

Setelah berjaya bergelar mahasiswa, Khaled memulakan kerjaya sebagai seorang guru fizik selama masih berada di Kuwait, seterusnya mendirikan rumahtangga pada 1980 dan dikurniakan seramai tujuh orang anak, tiga perempuan dan empat lelaki. Walaupun sibuk dengan tugas mengajar di samping menitik beratkan urusan keluarga, Khaled tetap memberi ruang dan masa bagi kemajuan isu Palestin.

Beliau terpaksa meletakkan jawatan sebagai guru kerana mahu menumpukan seluruh masa dan tenaganya untuk rakyat Palestin. Beliau terlibat dalam penubuhan Hamas pada 1987 bersama Syeikh Ahmed Yasin, Dr Abdel Aziz Rantisi dan rakan-rakan yang lain, yang merupakan cabang daripada Gerakan Ikhwan Muslimun yang berpusat di Mesir.

Antara jawatan penting Hamas yang disandangnya hingga kini ialah Ketua Jabatan Politik Hamas di Jordan bermula pada 1987 dan di Damsyik, Syria hingga kini, beliau dianggap sebagai perancang utama Hamas selepas Syeikh Ahmed Yasin dan Dr Abdel Aziz Rantisa yang mati syahid kerana dibom oleh rejim Yahudi atas bantuan dan maklumat yang diberikan oleh tali barut Israel di kalangan pengikut Fatah.

Percubaan untuk membunuh Khaled

Pada 25 September 1997, Mosad Israel yang mendapat kerjasama pasukan kesalamatan Israel atas arahan langsung daripada Perdana Menteri ketika itu, Benjamin Netanyahu supaya membunuh Khaled. Beliau yang ketika itu berwarganegara Jordan dan menetap di situ tidak mengesyaki apa-apa, apabila 10 anggota Mosad yang menyamar sebagai warganegara Kanada menemuinya di kediaman yang terletak di Jalan Wasfi al-Tal di Amman.

Tujuan mereka ialah untuk menyuntik bahan beracun ke tubuh Khaled agar mati secara senyap-senyap. Walau bagaimanapun takdir Allah SWT lebih mendahului perancangan jahat Mosad itu, apabila kemasukan mereka ke Amman dapat dibongkar oleh pegawai imigresen yang mendapati mereka menggunakan dokumen perjalanan palsu, akhirnya para pegawai imigresen bergegas ke kediaman Khaled dan berita itu sampai ke pengetahuan Raja Hussein Talal dan memerintahkan agar kesemua anggota Mosad itu meninggalkan Jordan serta merta.

Benjamin Netanyahu tidak bersetuju dengan tindakan dan campur tangan Raja Hussein yang menahan kesemua anggota Mosad yang terlibat. Namun Raja Hussein menyampaikan berita itu kepada pengetahuan Presiden Amerika, Bill Clinton yang meminta agar Benjamin terima dengan lapang dada, beliau tetap tidak setuju, akhirnya Bill Clinton menegaskan bahawa beliau tidak boleh berkomunikasi dan berinteraksi dengan Benjamin yang disifatkan sebagai orang gila.

Satu pertemuan diadakan antara Benjamin, Raja Hussein dan disaksikan oleh Bill Clinton. Benjamin mendesak Raja Hussein agar membebaskan kesemua anggota Mosad yang ditahan di penjara Amman. Raja Hussein terima cadangan itu tetapi dengan syarat, 10 anggota Mosad yang dibebaskan itu digantikan dengan pembebasan pemimpin Hamas Syeikh Ahmed Yasin yang dijatuhkan oleh mahkamah Israel penjara seumur hidup, perjanjian itu dimeterai dan masing-masing bersetuju.

Kronologi percubaan untuk menangkap

Pada Ogos 1999, pihak berkuasa Amerika Syarikat mengeluarkan arahan kepada Raja Hussein agar menangkap Khaled Masy�al, surat tangkapan itu diserahkan sendiri oleh Setiausaha Luar Amerika, Madelein Albright.

Oktober 2002, ketika satu persidangan Belia Islam Sedunia diadakan di Riyadh-Arab Saudi, Putera Mahkota Amir Abdullah (sekarang Raja Abdullah) dikatakan menerima satu surat daripada Hamas dan Kerajaan Palestin pimpinan Yasser Arafat, bahawa Khaled Masy�al diarahkan untuk bertemu dengan beliau di Riyadh, sedangkan Khaled yang turut menyertai persidangan itu tidak tahu menahu tentang arahan itu, akhirnya beliau enggan bertemu dengan Amir Abdullah kerana mengesyaki bahawa itu adalah umpan untuk menangkapnya.

Tanggal 23 Mac 2004, tiga hari selepas kesyahidan Syeikh Ahmed Yasin, pengisytiharan dibuat bahawa orang yang akan menggantikan tempat almarhum Syeikh Ahmed ialah Khaled Masy�al yang dituduh oleh Israel melakukan percubaan membunuh, sedangkan pembunuhan itu dilakukan oleh rejim Israel. Itu merupakan helah untuk melihat sejauhmana Khaled melatah dalam isu fitnah berkenaan.

Tanggal 20 Januari 2006, Hamas menang bergaya dalam pilihan raya Palestin yang membolehkannya membentuk kerajaan yang sah, namun ia disangkal oleh Amerika dan Israel. Malah mereka memilih Mahmoud Abbas sebagai Presiden. Sejak daripada itu Khaled menjadi sasaran kerana dianggap sebagai perancang dalam kejayaan Hamas dalam pilihan raya, serangan demi seranag sama ada dengan memfitnahnya, atau mahu membunhnya, semua itu tersedia dalam perancangan Israel untuk membunuhnya.

(Sumber: www.islamonline.net, www.ar.wikipedia.org, www.ikhwanonline.com) _



No comments:

Post a Comment

silakan komen dan beri pandangan anda untuk kebaikan semua!!